Minggu, KENTATE, 28 April 2024

Epistel: Matius 15:8-20

Pendahuluan

Nas renungan kita saat ini mengisahkan pertentangan antara Yesus dengan orang Farisi dan ahli Taurat mengenai adat istiadat orang Yahudi, yaitu membasuh tangan sebelum makan. Mereka mengganggap tindakan para murid yang tidak membasuh tangan sebelum makan adalah suatu kenajisan. Namun, Yesus yang melihat hati mereka mencoba untuk menyadarkan tentang arti kenajisan menurut perintah ALLAH itu sendiri. Hal itu dinyatakan Yesus pada ayat 8, pembukaan dalam renungan kita, “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya jauh dari pada-Ku”. Sebuah pernyataan yang Yesus sampaikan dengan mengutip nubuatan nabi Yesaya yang berkata, “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Yesaya 29:13).

Penjelasan Nas

Melalui perkataan Yesus terhadap orang Farisi dan ahli Taurat, setidaknya ada 4 hal yang perlu kita pahami tentang perkataan-Nya tersebut, di antaranya:

  1. Yesus mengecam orang-orang Farisi dan para ahli Taurat dengan kata-kata yang tegas, karena Yesus mau meyampaikan bahwa mencari Tuhan tidak hanya bersifat lahiriah (adat istiadat), melainkan juga harus melalui transformasi batiniah atau hati yang bertobat. Tidak seperti orang-orang farisi dan ahli Taurat yang sangat memahami tentang tradisi atau adat istiadat Yahudi, tetapi mereka tidak memiliki kasih yang benar di hadapan ALLAH. Dengan kata lain, Yesus lebih meinginginkan kebenaran yang hidup dalam hati, bukan kebenaran menurut tradisi atau adat istiadat yang dibuat oleh keinginan-keinginan manusia itu sendiri.
  2. Pertentangan Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat, bukanlah hendak mempertentangkan adat istiadat orang Yahudi yang telah diturunkan turun-temurun dari nenek moyang mereka, melainkan Yesus hendak menyatakan bahwa adat istiadat atau tradisi tanpa pemahaman yang benar di hadapan Tuhan yang adalah Kasih merupakan ketiadaan arti. Yesus menginginkan bahwa tradisi itu semestinya membawa kita lebih dekat kepada ALLAH yang mengasihi manusia.
  3. Yesus ingin mendefinisikan ulang arti kenajisan yang hanya bersifat lahiriah menjadi suatu yang rohani. Selama ini orang Yahudi secara tidak sadar terjebak pada suatu aturan-aturan yang membawa mereka pada hal-hal lahiriah, seperti membasuh tangan sebelum makan. Akan tetapi, mereka lupa bahwa keutamaan seorang yang mengikut TUHAN ialah penyucian hati manusia di hadapan TUHAN. Oleh karena itu, Yesus menjelaskan bahwa dosa dan kejahatan muncul menjadi sebuah tindakan adalah berasal dari hati manusia, seperti tertulis pada ayat 18-20, “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.” Dengan begitu, pesan Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli Taurat ialah untuk memahami dasar kenajisan itu bersumber dari hati manusia itu sendiri.
  4. Yesus mengajak setiap yang mendengar perkataan-Nya untuk menyadari bahwa panggilan umat TUHAN ialah untuk membangun suatu relasi yang dekat kepada ALLAH, yaitu melalui hati yang bersih dan benar. Para murid pun diajak untuk merenungkan bahwa tradisi tanpa kasih akan membawa mereka dalam kesesatan. Akan tetapi, hati yang benar dan hidup dalam kasih akan membawa mereka pada hidup yang dipimpin oleh ALLAH untuk menyatakan kehendak-Nya yang baik dan benar.

Renungan

Kita menyadari bahwa sekarang ini, masih banyak orang percaya atau gereja yang terjebak dalam tradisi atau adat istiadat yang hampa. Apalagi sebagai orang Batak, masih banyak mereka yang menempatkan adat istiadat lebih utama daripada Kasih itu sendiri. Akibatnya, tidak jarang karena pertentangan adat istiadat, orang jadi bertengkar dan bermusuhan. Oleh karena itu, melalui firman TUHAN saat ini, mari kita merenungkan, apa yang lebih utama di dalam kehidupan orang beriman kepada TUHAN Yesus, adat istiadat atau Kasih? Melalui firman TUHAN saat ini, Yesus menginginkan kita untuk lebih mengutamakan Kasih tanpa harus meniadakan adat istiadat. Bagaimana dengan Anda?

Pdt. Johannes Simanungkalit (Pendeta Cuti Belajar GKPI)

Categories: Epistel

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *