Minggu Exaudi, 12 Mei 2024

Epistel : Matius 13 : 10-17

Pendahuluan

 Proses beriman identik dengan sebuah proses belajar. Di bangku sekolah kita belajar banyak hal yang belum kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti suatu pelajaran, yang harus kita lakukan adalah banyak bertanya. Jadi, orang yang bertumbuh dalam pengertiannya adalah orang yang memelihara sikap haus belajar dan berani bertanya. Dalam kisah injil matius ini, hal yang sama juga ditemukan dalam diri para murid ketika Yesus memakai perumpamaan-perumpamaan dalam pengajaranNya. Para murid tidak mengerti mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan. Yesus memakai perumpamaan agar murid-murid dapat belajar dan memahami apa yangYesus ajarkan. Ketika sebuah pengajaran itu sulit dipikirkan, maka murid akan lebih cenderung bertanya dan menghayati di dalam hati dan pikirannya tentang pengajaran itu. Namun itu hanya berlaku bagi murid yang memang mau belajar dan yang mau tahu. Sedangkan yang tidak mau tahu pasti tidak akan perduli dan tidak akan bertanya tentang apa yang Yesus maksudkan dalam perumpamaan itu. Pada nas ini, ketika Yesus menggunakan perumpamaan tentang seorang penabur, para murid bertanya-tanya mengapa Yesus berbicara dan mengajar menggunakan perumpamaan ? Lalu apakah maksud dan tujuan Yesus dengan perumpamaan yang diajarkanNya ?

Penjelasan Teks

“Mengapa Engkau berbicara kepada mereka dengan perumpamaan?”(ay.10) cara Yesus menggunakan perumpamaan mendorong para murid untuk menanyakan hal ini. Tampaknya perumpamaan oleh Yesus tidak semudah ilustrasi sederhana tentang kebenaran rohani.  Yesus menjelaskan bahwa Dia menggunakan perumpamaan agar hati mereka yang menolak tidak semakin mengeraskan hati. Melalui perumpamaan itu Yesus ingin membuat banyak orang memikirkan dan menggali lebih dalam tentang apa yang diajarkanNya, bukan hal yang hanya sekedar sedap didengar telinga, melainkan harus menjadi sebuah pelajaran yang melekat ketika sudah sampai kepada pemahaman yang benar. Seperti perumpamaan tentang seorang penabur pada nas ini. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa apa yang terjadi pada peristiwa menabur benih itu ternyata sama seperti bagaimana menabur firman Tuhan di dalam hati manusia yang mendengar nya.

Kepada para murid, Tuhan telah menetapkan agar mereka menerima karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah (ay.11). Tuhan memilih para murid dan memberikan kepada mereka suatu keistimewaan untuk mengetahui tentang Kerajaan Surga. Yesus menjadikan mereka tanah yang subur agar menjadi tempat bertumbuhnya benih/ firman yang ditabur. Bukan semata karena usaha atau jerih payah mereka sendiri melainkan oleh karena karunia yang diberikan kepada mereka, asalkan mau membuka hati, membiarkan Tuhan berkarya. Untuk dapat melihat dan mendengar dengan baik dibutuhkan kerendahan hati. Dari kata ‘rendah hati’, humble,humus-humilis. Humus merupakan lapisan tanah yang subur, di mana semua jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang lebat. Dalam diri orang yang rendah hati, dia mampu melihat karya Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan. Apa yang didengar, pengajaran, nasihat dan Firman Tuhan akan meresap dan mengendap dalam hatinya serta menghasilkan buah dalam tindakan yang benar. Berbeda dengan orang yang keras hati, apa yang dilihat dan didengar cepat berlalu, ia akan pura-pura tidak melihat dan tidak mendengar atau mendengar tetapi masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Ini mengungkapkan kebenaran kepada dia yang menginginkan kebenaran tetapi menyembunyikan kebenaran dari orang yang tidak ingin melihat kebenaran. Oleh karena itu, perumpamaan yang disampaikan Yesus kepada orang banyak tidak sekedar menyampaikan informasi atau menutupinya, namun menantang para pendengarnya untuk mengolah dan menggali makna nya lebih dalam.

“Karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberikan sehingga ia berkelimpahan…tetapi siapa pun yang tidak memiliki, bahkan apa yang dimilikinya akan diambil darinya”(ay.12). Mereka yang terbuka dan peka terhadap kebenaran rohani akan diberikan lebih banyak melalui perumpamaan. Iman mereka semakin bertumbuh, hidup mereka akan lebih berkembang dari pelajaran akan firman Tuhan yang telah Yesus sampaikan. Perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus bukanlah ilustrasi yang membuat hal-hal sulit menjadi jelas bagi semua orang. Orang-orang yang peka secara rohani dapat memahaminya, namun orang-orang yang keras kepala hanya akan mendengar kecaman tambahan karena menolak firman Tuhan.

“tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar……” (ay.16-17). Para murid disebut berbahagia karena mereka dapat melihat wujud Kerajaan Allah dalam karya Yesus. para murid ‘melihat’. Ini berarti mereka dimampukan dan diajarkan untuk dapat memahami dan menerima bahwa Allah hadir dan memerintah lewat karya pelayanan Yesus. Murid dikatakan berbahagia juga karena mereka dapat mendengar karya Yesus sebagai karya penyelamatan. Hal ini memampukan para murid untuk mengubah cara hidup dan pola pikir mereka. Para murid ‘mendengar’. Ini berarti mereka dimampukan dan diajarkan untuk dapat menaati Firman Tuhan yang mengubah hidup mereka. 

Penutup

Mencari, menemukan, dan membagikan nilai-nilai kehidupan adalah panggilan dari setiap orang beriman. Proses hidup setiap orang beriman tidak hanya mengkomsumsi saja, tetapi harus berani untuk terus mencari dan menemukan serta membagikannya. Dengan perumpamaan-Nya, Yesus mengajak pendengarnya untuk menggali secara lebih dalam, berpikir secara lebih bebas, dan menemukan yang terbaik dari berbagai pilihan yang mungkin terjadi. Proses itulah yang diharapkan selalu terjadi dalam diri orang beriman. Pengajaran perumpamaan tidak hanya berhenti pada proses mendengar lalu segera lupa, melainkan mencari dan menggali sehingga akan mempengaruhi pikiran untuk lebih berkembang. Seperti adanya kesulitan-kesulitan dalam menterjemahkan perumpamaan, kita diajak untuk tidak putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup kita. Yesus mengajak kita untuk menggunakan segala daya kemampuan kita untuk menemukan nilai-nilai kehidupan yang mengarahkan kita kepada keselamatan dan Kerajaan Surga. Semoga kita tidak pernah bosan untuk belajar lebih dalam tentang maksud Firman Tuhan. Menjadi tugas kita semua untuk meneruskan apa yang kita dengar tentang Dia kepada oranglain, serta melanjutkan apa yang kita lihat tentang kasih-Nya kepada manusia. Dengan demikian, kebahagiaan yang kita peroleh dari Allah dapat kita bagikan kepada sesama di sekitar kita.

Vik. Dina Laura Sirait,  S.Th

GKPI TINJOWAN RESORT BATUBARA

WIL.V (ASAHAN LABUHAN BATU)

Categories: Epistel

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *