Minggu QUASIMODOGENITI, 07 April 2024

Epistel Mazmur 133:1-3

Pengantar

Mazmur ini adalah Mazmur yang ditulis oleh Daud. Raja Daud menuliskan mazmur ini karena Daud memiliki kehidupan dengan kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Berbicara tentang umat Allah, maka berarti disana mencakup hubungan antar orang-orang yang telah diselamatkan dan dikuduskan bagi Allah.

Mazmur ini seringkali dikatakan sebagai mazmur kebijaksanaan, namun meskipun kerap sekali disebut “mazmur kebijaksanaan”, Mazmur 133 tidaklah berisikan perihal mengajar,  melainkan menjelaskan keadaan khusus dalam keluarga yang diberkati Allah. Situasinya adalah situasi biasa di Israel kuno: hak milik keluarga, yang disimpan sebagai anugerah Yahwe, menjadi milik anak laki-laki waktu ayahnya meninggal. Anak-anak yang lebih muda kemudian berada di bawah pengawasan kakak tertua. Apakah kedamaian akan tetap berada dalam keluarga itu? Mazmur ini mengucapkan berkat kepada keluarga lemah yang mengalami krisis. Saudara laki-laki dan perempuan yang hidup dalam kedamaian adalah seperti minyak penyegar yang dituangkan sebagai sambutan selamat datang, seperti embun yang mengairi panenan pada musim panas tanpa hujan. Kedua kiasan ini menunjuk pada peranan kunci dari saudara tetua, sebagai sumber berkat bagi saudara-saudaranya. Dalam rumah yang damai, berkat Allah akan tercurah.

           Setiap orang pasti menginginkan ketenangan, kerukunan dan kedamaian dalam kehidupannya. Namun, dewasa ini hidup rukun dan juga damai serta tenang sangat sulit ditemukan dalam keluarga, dalam masyarakat dan bahkan dalam persekutuan. Keadaan yang demikian jugalah yang dihadapi oleh pemazmur ketika ia menuliskan nyanyian ziarah ini. Pemazmur melihat bahwa keluarga dan bangsanya mengalami perpecahan, dan khawatir perpecahan itu akan membuat hancur bangsa itu. Dalam nyanyian ziarah Daud ini, Daud mengungkapkan keinginannya untuk melihat sesama saudara diam bersama dan hidup rukun.

Penjelasan Nas

Tema kita adalah Hidup di dalam Terang. Semua orang ingin hidup dalam terang, sama seperti harapan Daud di mazmur ini sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun (ay. 1). Hidup di dalam terang berarti harus keluar dari kebodohan kita, harus keluar dari kehidupan kegelapan kita, harus menjadi pembawa terang yang selalu mengalir. Sebab itu, di sini pemazmur ingin menunjukkan bagaimana dampak kehidupan dalam terang yang rukun dengan menggambarkan dengan minyak dan urapan:

Pertama: Seperti Minyak yang baik (ay. 2)

Minyak yang baik adalah minyak urapan yang mahal yang digunakan dalam pelantikan Harun sebagai imam. Minyak ini adalah minyak langka yang memiliki aroma yang sangat harum. Minyak ini akan di tuangkan ke atas kepala imam yang diurapi sebagai tanda bahwa kepala yang menunjukkan tempat berpikir dan sumber dari segala perilaku yang akan kita lakukan sebagai tanda penyucian dirinya dan penyerahan tanggung jawabnya sebagai imam. Ketika minyak yang baik itu tercurah di atas kepala Harun, maka aromanya akan keluar dengan demerbak. Tidak hanya harun yang menikmati aromanya, tetapi semua orang yang disekelilingnya menikmati aroma minyak yang baik itu. Pemilihan dan pengurapan Harun juga terjadi atas kita sebagai umat Allah (1 Ptr. 2:9-10 bnd. Ef. 2:10). Ketika Harun diurapi dengan minyak yang baik di atas kepalanya, hal tersebut menjelaskan bahwa melalui pengurapannya sebaai seorang imam, dia disucikan dan diberikan tanggung jawab oleh Allah untuk menjaga kerukunan umat Allah.

Minyak yang baik dan harum ini juga merujuk pada minyak urapan Roh Kudus yang menguasai kita ketika kita melayani sesama kita dan melayani Tuhan (2 Kor. 1:21 bnd. Ibr. 1:9). Dalam hidup, kita akan selalu dipertemukan dengan berbaai macam masalah.  Entah itu dalam keluarga, dalam persekutuan dan dalam hal yang lainnya. Namun, sebaai seorang yang telah dipilih dan dikuduskan Allah (1 Ptr. 2:9) maka kita memiliki tanggung jawab untuk menjadi pembawa kerukunan dan pencipta pendamaian dalam keluarga dan masyarakat tempat kita tinggal. Sebaai seorang imam, sebagai seorang anak sulung yang telah diberikan tugas oleh ayahnya untuk menggantikan peran ayah ditengah-tengah keluarganya. Maka kita harus dapat menyelesaikan masalah dan keretakan yang tejadi dengan meminta pertolongan Roh Kudus. Agar setiapucapan-ucapan yang akan kita keluarkan dari mulut kita ini untuk menciptakan kerukunan antar keluarga maupun masyarakat benar-benar ucapan yang membawa damai dan kesatuan antar umat Tuhan.

Kedua: Seperti embun gunung Hermon (ay. 3)

Embun di gunung tertinggi ini, mudah dilihat dari Israel bagian Utara, sangat berat dan menjadi suatu istilah kelimpahan. Embun yang mengalir dari Hermon sampai ke Sion, menggambarkan keajaiban berkat Tuhan dan kelimpahan berkat. Kelimpahan berkat ini secara ajaib akan menyebrerang dari komunitas umat Tuhan kepada sesama yang di luar komunitas itu. Embun yang mengalir ini menggambarkan bahwa ada jembatan yang bisa kita gunakan untuk menjangkau setiap umat Tuhan maupun orang-orang yang bukan bagian umat Tuhan itu sendiri. Karna Kasih Allah bersifat universal. Kasih yang kita teima dari Allah janganlah berhenti di diri kita saja, namun hendaklah Kasih itu mengalir kepada orang lain.

Penutup

Hidup dalam kerukunan itu adalah hal yang selalu di dambakan setiap orang. Orang percaya akan dilihat mutu kerohaniannya melalui kehidupannya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Tetapi untuk mencapai kehidupan yang rukun, maka harus ada yang kita korbankan yaitu sikap egois kita, ke –akuan kita. Menjadi seorang pengikut Kristus maka kita harus menyucikan diri kita telebih dahulu, menyangkal diri, menjadikan diri kita bagaikan seorang bayi yang benar-benar masih memiliki hati yang lugu.

Semua orang pasti hanya akan betah dan mau hidup bersama dengan orang yang benar-benar dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, dalam menjalani kehidupan yang penuh gesekan dan gap ini, sebagai seorang imam yang telah diurapi oleh Allah mari kita menjadi pembawa damai dan kerukunan dalam kehidupan kita, baik di tengah-tengah keluarga maupun di tengah-tengah masyarakat kita. Sebab kita yang dahulu memang adalah kegelapan, telah menjadi terang di dalam Tuhan. Sebab itu, kita harus hidup di dalam terang karena kita adalah anak-anak terang, yang memiliki buah kebaikan, keadilan dan kebenaran saja (Ef. 5: 8-21).

Hiduplah di dalam terang, karena itulah yang diinginkan Yesus dalam hidup kita. Sebab ke tempat orang-orang yang hidup dengan rukunlah, berkat-berkat Tuhan diperintahkan dan kehidupan untuk selama-lamanya (ay. 3). Seperti tema GKPI tahun ini, yaitu menuju Gereja Ceria dan Ramah. Demikian juga dengan nas kita hari ini, demikianlah warga GKPI harus seperti minyak yang baik dan embun di bukit Hermon. Maka sebagai terang, kita harus ramah  bagi setiap orang dan membawa keceriaan bagi sesama kita.

Kj. 424:1-4 “Yesus Menginginkan Daku”

Oleh: Vik. Mei Sabatini, S.Th

Vikar GKPI Ress. Saitnihuta

Categories: Epistel

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *