Jumat Agung, 29 maret 2024

Evangelium:Ibrani 10 : 16 – 25

Pendahuluan

Perayaan Jumat agung adalah salah satu hari penting bagi Umat kristen dan dianggap sebagai puncak pelayanan Yesus di dunia, dimana Dia telah mengorbankan dirinya untuk menebus kesalahan dan dosa umat manusia yang tidak bisa dinilai dan digantikan dengan hal apapun. Bagi banyak orang, kematian Yesus adalah sebuah kebodohan terlebih bagi orang Yunani dan kesia-siaan bagi orang Yahudi, namun bagi kita bahwa melalui kematianNyalah Yesus menyatakan kasihNya yang besar kepada manusia (bnd. Yoh. 14 : 6). Yesus hadir ditengah-tengah manusia sebagai Raja, Nabi, Imam, yang jika dihubungkan dengan tradisi ibadah Yahudi bahwa keturunan Harun bertugas menjadi imam besar di bait suci untuk menyerahkan korban perdamaian yang dilaksanakan sekali setahun. Dalam hal itu, imam besar akan masuk ke ruangan di balik tirai bait suci untuk memohon pengampunan dosa. Pada hakekatnya korban yang dipersembahkan itu menjadi sebuah simbol ketaatan manusia dalam melakukan perintah Allah, bukan imam yang punya kusa sebagai juru damai antara manusia dan Allah bahkan sesungguhnya korban bakaran itu sendiri tidak mampu untuk mendamaikan manusia dengan Allah.

Penjelasan Nats

a. Hanya Yesus jalan menuju keselamatan (Ayat 16 – 21)

Perjanjian Allah yang dinubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama telah digenapi dalam diri Yesus, yangmana Yesus memiliki kuasa melebihi para nabi yang dikenal orang Israel seperti Musa dan Melkisedek (Ibr.7:1-4). Allah tahu manusia tidak ada yang benar dan terhindar dari dosa dan tidak mampu untuk menyucikan serta menyelamatkan dirinya sendiri. Maka Allah mengutus AnakNya Yesus Kristus datang ke dunia ini untuk melepaskan manusia dari perbudakan dosa. Artinya bahwa Allah sendiri yang berinisiatif untuk memberitakan jalan keselamatan bagi manusia.

          Bait Suci di Yerusalem merupakan pusat dari ritual agama Yahudi yang mana pada bait itu dilakukan ibadah dan pengorbanan hewan sesuai dengan hukum Musa dan wajib untuk dilakukan. Jika kita lihat dari Ibrani 9:1-9 menjelaskan bahwa di dalam bait suci terdapat tirai yang memisahkan ruang Maha Kudus dengan ruang tempat jemaat berkumpul. Tirai itu adalah simbol bahwa manusia terpisah dari Allah karena dosa. Jadi, hanya Imam besar yang diizinkan untuk melewati tirai itu setiap sekali setahun. Berdasarkan pemahaman ini diyakini bahwa Imam besar menjadi jalan penghubung untuk masuk ke dalam kehadirat Allah untuk memperoleh pengampunan dosa.

          Robeknya tirai dari atas hingga bawah pada detik kematian Yesus melambangkan bahwa darahNya yang tercurah telah menggantikan persembahan yang biasanya dilakukan di balik tirai tersebut. Setelah tirai itu terbelah, manusia sudah dapat langsung menghadap kepada Allah setiap saat tanpa rasa takut melainkan rasa syukur karena memperoleh pengampunan dosa. Yesus adalah Imam Besar kita yang tertinggi dan jauh lebih unggul daripada kaum Lewi dalam Perejanjian Lama, sebab kaimaman Lewi berasal dari garis keturunan Harun yang tidak bersifat kekal tetapi Yesus keimamanNya kekal sebagaimana dikatakan dalam Ibarani 14 – 16, Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung yang telah melintas semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah… Untuk itu Yesus yang adalah Imam besar yang telah menjadikan kita dapat menghadap tahkta hadirat Allah dengan penuh keberanian. Yesus mengerti dan mengetahui kelemahan serta penderitaan kita, namun hanya Dialah yang mampu menolong dan kita menerima belas kasihan daripadaNya.

b. Manusia Dipanggil menunjukkan Jalan keselamatan (Ayat 22 – 25)

Pemahaman kita sebagai manusia yang telah diselamatkan oleh Yesus harus mewujudkan hidup yang saling mengasihi, saling memperhatikan orang lain dengan setulus hati. Pada ayat 24 dikatakan saling memperhatikan yang memeliki arti bahwa perintah untuk memperhatikan tidak hanya dilakukan sekali saja melainkan berulang kali dan perwujudannyasecara timbal balik. Perintah ini mewajibkan kita agar membiasakan diri untuk memberikan perhatian kepada orang lain sehingga menumbuhkan sikap kepedulian sehigga semua orang mampu bersyukur dalam hidupnya dan dapat merasakan kepedulian Allah. Adalah baik bila setiap orang peduli kepada kondisi seseorang yang sudah menjauhkan diri dari pertemuan ibadah dan mengajaknya kembali untuk aktif dalam kehadiran bergereja dan persekutuan ibadah lainnya. Dengan hal inilah maka seseorang itu semakin mengerti dan mampu untuk melakukan  sikap saling menasihati, menegur kesalahan, membangun mental spritual dan saling peduli.

          Pertemuan dari setiap peribadahan diharapkan jangan hanya berpusat pada diri sendiri, sebab peribadahan tidak hanya sebatas melihat dan mendengarkan kotbah melainkan juga kita dipanggil untuk terbuka dalam berinteraksi dan bersekutu dengan sesama. Selanjutnya ibadah juga bukan hanya sekedar hadir dan sibuk dalam seremoni, namun ada hati yang berperan untuk saling peduli dan saling berbagi. Sebab Yesus sudah menjadi jalan bagi kita untuk memperoleh keselamatan, sehingga kita juga diutus mengarahkan orang lain untuk menikmati keselamatan itu.

Refleksi

          kematian Yesus telah menghilangkan pembatas antara Allah dan manusia. Kematian Yesus telah menjadi pembebas bagi manusia. Kematian Yesus telah menjadi jalan pembebasan manusia dari kutuk dosa. Kematian Yesus telah menjadi jalan dan jembatan bagi manusia untuk datang kepada Allah. Kematian Yesus bukanlah kematian yang sia-sia, tetapi dengan kematian Yesus, dimulailah babakan baru dalam sejarah penyelamatan manusia yang ditandai dengan bangkitnya Dia pada hari yang ketiga. Kematian Yesus bukanlah kematian yang biasa, tapi menjadi kematian yang luar biasa untuk menuju penyempurnaan penebusan dosa manusia. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa kematian Yesus telah membawa berkat yang luar biasa kepada manusia. Kematian-Nya bukanlah membawa luka, tapi justru mendatangkan kelegaan. Kematian Yesus menjadi awal bagi kehidupan baru dan bukanlah akhir bagi semuanya, karena dengan kematian-Nya Yesus menuju kemenangan-Nya mengalahkan maut sebagai penggenapan dari tugas dan tanggungjawab-Nya. Kematian-Nya memiliki tujuan yang berarti dan telah meninggalkan teladan pengorbanan dan ketulusan bagi setiap kita yang percaya kepada-Nya. Amin

Pdt. Jontra Martua Purba, M.Th

Res. Pardomuan

Categories: Bahan Khotbah

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *