Minggu Jubilate, 21 APRIL 2024

Evanggelium : Yohanes 10 : 11 – 18

  1. Pengantar

Setelah menyatakan diri-Nya sebagi “Pintu” dalam ayat 1-10 di pasal 10 ini, Tuhan Yesus kemudian menyerukan kalimat “Akulah Gembala yang Baik”. Yang menujukkan keteladanan dan kepemimpinan yang hebat. Bukan tanpa asalan jika Tuhan Yesus mengatakan hal yang demikian. Ia menyatakan hal tersebut karena ada pengaruh orang-orang Farisi yang mengaku sebagai “gembala-gembala” umat Tuhan. Mereka bahkan memberikan tuduhan kepada Tuhan Yesus sebagi penyusup yang datang ke dalam kandang domba dan hendak mencuri domba-domba yang terdapat dalam kandang itu. Tuhan Yesus menggambarkan diri-nya sebagai Gembala yang baik dan orang-orang Farisi sebagi pekerja upahan, yang memeliki tujuan dan maksud tertentu saja.

  1. Penjelasan Teks
  2. Gembala dan Pekerja Upahan

Dalam tulisan Injil Yohanes ini, Yesus dengan tegas menyatakan diri-Nya sebagai Gembala yang baik. Dalam penjelasan-Nya, Yesus menerangkan bagaimana mengenali sosok seorang gembala yang memenuhi kriteria baik. Dalam penjelasan-Nya, Yesus memberikan perbandingan, antara gembala dengan seorang upahan. Jadi ini sangat kontras, antara seorang yang ahli dalam suatu bidang pekerjaan dengan seorang yang bukan ahli atau tidak mengerti sama sekali suatu bidang yang sama.

Dalam tradisi Yahudi, gembala menjadi perkejaan yang memiliki tanggungjawab yang cukup besar (Kej. 30:29, Kel. 2:19) sekaligus membahayakan (Kej. 31:40, Luk. 15:15). Gembala akan membawa kawanan domba yang ia gembalakan ke padang rumput di pagi hari, dan menggiringnya kembali ketika hari sudah mulai gelap. Gembala harus menemukan padang rumpu yang segar dan hijau serta memiliki air yang bersih. Ia juga harus menlindungi kawanan dombanya dari serangan hewan buas yang hendak menerkan mereka (I Sam. 17:34-35, Yoh. 10:12).

Sedangkan pekerja upahan adalah mereka yang tidak memiliki tanggungjawab sama sekali ketika diperintahkan untuk menjaga kawanan domba. Dia hanya berfokus pada upah yang akan dia terima. Dia tidak memliki tanggung jawab (ay. 13), bahkan membiarkan masalah timbul bagi kawanan domba itu (ay.12).

Jadi, sudah dapat kita pahami kedua posisi (profesi) ini sungguh tidak bisa disandingkan sebagai pekerjaan yang sama karena sanagt bertolokbelakang.

  • Ciri-ciri Gembala Baik

Dalam ayat-ayat ini, dijelaskan ciri-ciri gembala yang baik, yaitu:

  1. Mengenal dombanya dan dikenal oleh dombanya (Yoh. 10:14). Ketika seseorang hidup sebagai gembala, maka wajib bagi dia untuk mengenali kawanan dombanya. Hal ini dikarenakan agar tidak ada satupun dari kawanan domba itu lepas dari penjagaan atau pengawasan si gembala. Secara bertahap, ketika gembala tersebut berhasil mengenali dombanya satu persatu, maka domba itupun akan mengenal gembalanya. Sehingga, ketika gembala memangil dombanya, maka dombanya mengenal suara itu dan tidak akan mau mendengarkan seruan dari suara dari orang atau gembala lain (bdk. Yoh. 10:3-5).
  2. Memelihara dombanya dengan aman dan nyaman (Yes. 40:11). Seorang gembala akan membawa dombanya ke pdang rumput hijau dan juga ada air tenang (Yoh. 10:9, Mzm. 23:3). Dia akan memelihara domba-dombanya dengan baik (Yer. 31:10, Yeh. 34:14) dan tidak akan membiarkan mereka tercerai-berai seperti pekerja upahan itu. Gembala yang baik juga akan memberikan pemulihan bagi domba-dombanya yang terluka atau terkena penyakit (Yeh. 34:16).
  3. Memberikan pengorbanan bagi dombanya (I Sam. 17:34-36). Seorang gembala akan selalu waspada ketika domba-dombanya diserang oleh hewan buas, dan siap siaga melindungi kawanan domba itu dengan segenap kekuatannya (Am. 3:12a). Gembala akan terjaga pada malam hari untuk mengawasi dombanya agar tetap aman (Luk. 2:8). Gembala yang baik, akan mencari domba-dombanya jika berpisah dari kawanannya. Ia akan mencarinya dengan segenap hati, dan tidak membiarkan yang lain ikut terpisah juga (Yeh. 34:12, Luk. 15:4-5).
  4. Hanya Yesus Gembala Yang Terbaik

Dari keseluruhan ciri gembala yang baik, tidak ada satupun ciri yang tidak melekat kepada Yesus. Yesus mengenal orang-orang yang Ia kasihi, bahkan orang yang baru pertama kali bertatap muka dengan-Nya (Yoh. 1:48). Yesus hadir dalam setiap kehidupan domba-dombanya, Ia melindungi dan memelihara mereka. Bahkan sampai dengan nyawa-Nya, Ia berikan bagi domba-domba-Nya. Bukan hanya itu saja, bagi domba-domba yang belum menegenal Dia, Dia juga memiliki misi yang harus dikerjakan bagi mereka (Yoh. 10:16).

Hanya Yesus saja yang layak disebut Gembala Agung, yang datang memberikan pembelaan bagi mereka yang mengenal Dia (I Ptr. 5:4). Dialah Gembala yang Besar, yang membawa damai sejahtera bagi domba-domba-Nya (Ibr. 13:20). Sebab, hanya kepada Yesus, Bapa berkenan, dan hanya Yesus saja yang bisa menjadi keselamatan bagi umat manusia.

  1. Refleksi

Lantas, bagaimana dengan kehidupan orang Kristen? Apakah sudah menjadi seorang “gembala”? Sebelum mencari jawaban dari pertanyaan itu, kita perlu membahas sebuah stereotipe yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Stereotipenya begini, “bahwa gembala itu adalah Pendeta”. Artinya, yang layak dikatakan sebagai gembala adalah Pendeta (Katolik: Pastor), sedangkan orang Kristen yang bukan Pendeta tidak dapat dikatakan sebagai gembala. Akhirnya, terjadi tuntutan yang cukup bervariasi bagi Pendeta. Pendeta harus hidup bersih, sehat; tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak boleh begadang, harus penyabar; tidak boleh marah dan emosional, Pendeta harus tahu bernyanyi dan bermain alat musik, harus tahu banyak hal juga. Tuntutan dan larangan silih berganti disematkan kepada Pendeta yang dianggap sebagai gembala. Yang menjadi kenyataan adalah, seorang Pendeta adalah manusia biasa, yang tentunya memiliki kisah masa lalu, kelebihan serta kekurangan baik secara fisik atau non-fisik.

Hal ini bukanlah sebuah pembelaan bagi seorang Pendeta, namun kita mau melihat sebuah kenyataan, bahwa sesungguhnya menjadi gembala adalah sebuah perintah sekaligus arahan bagi umat Tuhan. Karena apa? Karena semua atau beberapa contoh tuntuntan hidup yang diuraikan di atas tadi adalah perintah bagi semua umat Tuhan (bdk. Gal. 5). Dan lebih spesifik lagi, perintah dan arahan Tuhan Yesus dalam perikop kali ini akan berlaku bagi seluruh umat yang Dia kasihi. Sehingga dapat kita katakana adalah setiap manusia diperkenankan mengikuti Yesus dalam laku dan tindakannya. Seorang yang dianggap sebagai gembala akan mengenal orang-orang di sekitarnya dan memahami keadaannya. Sehingga, kita tidak menjadi penyebab kerusakan, kerukunan, dan kebahagiaan orang-orang di sekitar kita (seperti orang upahan, tidak bertanggung jawab dan tidak mau tahu dengan hal yang dia kerjakan). Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus dalam ayat 16 perikop ini, bahwa domba-domba yang belum mengenal Dia, perlu diarahkan agar mengenal Yesus. Dan amanat atau misi ini ditegaskan dalam Matius 28:18-20.

Menjadi seorang gembala yang baik, bukanlah tuntutan bagi beberapa orang dari kalangan tertentu, melainkan tugas dan tanggungjawab selaku orang Kristen yang percaya dan beriman kepada Kristus, Sang Gembala Baik.

Oleh: Pdt Ferry L Samosir

Categories: Bahan Khotbah

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *