Minggu, KENTATE, 28 April 2024

Evangelium: Mazmur 22:26-32

Pendahuluan

Mazmur 22 menerangkan bahwa Mazmur ini dituliskan oleh Daud, seperti tertulis di ayat 1. “Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud”. Menariknya sebagai sebuah pujian kepada TUHAN pemazmur memulai nyanyiannya dengan ratapan-ratapan kehidupannya, tetapi kemudian diakhir dengan suatu pengharapan dan pujian akan kekuasaan TUHAN. Oleh karena itu, ketika membaca Mazmur 22, setidaknya kita dapat membaginya menjadi dua bagian. Pertama, menggambarkan ratapan dan permohonan pemazmur akan perasaannya ditinggalkan oleh Allah (ayat 1-22); sedangkan bagian kedua (ayat 23-32), menjadi ucapan syukur atau jawaban pemazmur atas pemeliharaan Allah kepada umat-Nya di masa lalu dan akan datang, sekaligus menyatakan kedaulatan ALLAH atas dunia ini. Bagian kedua inilah yang akan menjadi bahan khotbah Minggu, 28 April 2024, dengan nama minggu, yaitu Kantate yang berarti nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN.

Penjelasan Nas

  1. Ayat 26-27, berisi tentang kesadaran pemazmur bahwa apa yang penting dalam hidup ini ialah ketika terjalinnya kembali persekutuan manusia dengan ALLAH, yaitu dengan memuji dan membayar nazar kepada ALLAH. Melalui pernyataan pemazmur ini, ia hendak mengilhami orang lain untuk mencari TUHAN, yaitu dengan memuji dan membayar nazar kepada ALLAH. Sebab pemazmur meyakini kunci mengatasi pergumulan hidup dan memperoleh kehidupan yang kekal ialah dengan sepenuh hati mencari TUHAN melalui pujian dan persekutuan kepada-Nya.

Tidak berhenti sampai di situ, pemazmur meyakinkan umat bahwa janji TUHAN adalah kekal. Hal itu digambarkan oleh Pemazmur ketika diawal ia menyanyikan ratapan atas penderitaan dan kesulitan, tetapi kemudian di ayat 27, ada harapan yang hendak disampaikan pemazmur bagi mereka yang kelaparan baik secara fisik maupun rohani, yaitu akan mendapat makan dan kenyang. Artinya, mereka yang kelaparan tidak hanya diartikan secara harafiah sebagai orang-orang miskin, tetapi juga bicara akan kelaparan rohani (dosa) manusia yang membuat manusia sengsara dan menderita namun akan diselamatkan TUHAN, bila ada kerendahan hati manusia datang ke hadapan-Nya. Kemudian, ketika mereka sudah benar-benar hidup di dalam TUHAN, maka hati mereka pun akan hidup selama-lamanya. Kata “hidup” mengartikan bahwa ada sukacita di dalam hati manusia dan sukacita itulah yang mengantarkan menuju damai sejahtera.

  • Ayat 28, “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN…”, merupakan sebuah pernyataan pemazmur yang penuh pengharapan agar setiap orang dapat mengingat dan berbalik kepada TUHAN. Ia melihat bahwa ALLAH mampu memulihkan penderitaan manusia secara individu maupun secara universal. Asalkan setiap manusia datang ke hadapan TUHAN dan sujud menyembah-Nya.
  • Ayat 29-32, Pemazmur mau mengingatkan pendengar-Nya (umat) untuk menyadari kedaulatan TUHAN di dalam dunia ini. TUHAN adalah TUHAN yang menjadikan langit, bumi, dan segala isinya, sehingga semua yang ada di dunia ini adalah berada dibawah otoritas TUHAN. Oleh karena itu, ayat 29-32, menunjukkan perbedaan antara kerajaan ALLAH dan kerajaan manusia. Pertama, kerajaan manusia tidaklah lebih tinggi dari kerajaan ALLAH. Kedua, kerajaan manusia bersifat sementara, sedangkan kerajaan ALLAH ialah kekal. Ketiga, kerajaan manusia terbatas untuk suatu golongan atau kelompok, tetapi kerajaan ALLAH untuk semua bangsa, bahkan semua ciptaan. Dengan begitu, ayat ini diartikan sebagai pengingat bahwa pemerintahan di dunia ini harus diletakkan di bawah pemerintahan dan kehendak TUHAN. Konsekuensinya sebagai umat TUHAN, kita diajak untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Kerajaan-Nya. Bila tidak demikian, maka manusia akan kembali dalam ratapan-ratapan yang dibuat oleh manusia itu sendiri, yaitu karena dosanya di hadapan TUHAN.

Renungan

Melalui penjelasan Mazmur 22 di atas, mungkin kita dapat membayangkan bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi. Mungkin kita akan merasakan hampa, sedih, bahkan depresi. Itu jugalah yang dialami Pemazmur, ia menggambarkan bagaimana hidupnya begitu menekan dan berat bila ditinggalkan ALLAH. Namun, ia menyadari hanya kembali kepada ALLAH, pemazmur akan dapat menemukan pertolongan. Oleh karena itu, Pemazmur berinisiatif menaikkan pujiannya kembali kepada ALLAH dengan tujuan mencari pengasihan dan janji TUHAN yang selalu terbuka baginya, yaitu untuk memberikan keselamatan dari berbagai macam pergumulan hidup yang berat (ayat 26). Pertanyaannya, “Apakah ketika hidup kita terasa berat dan seolah ALLAH telah meninggalkan kita, kita sungguh-sungguh mencari TUHAN?”

Pertanyaan tersebut menjadi penting untuk menguji kita sebagai orang beriman. Alasannya banyak orang percaya ketika jatuh di dalam pencobaan dan rupa-rupa pergumulan dunia, justru mengandalkan kekuatannya sendiri atau kekuatan dunia ini. Misalnya, masih banyak di daerah-daerah maupun di kota besar manusia justru lebih percaya kepada “datuk” (dukun)atau jimat-jimat untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi, sakit penyakit, dll. Mereka menolak untuk mengandalkan TUHAN melalui doa dan pujian supaya TUHAN dapat memberikan kuasa dan keselamatan-Nya. Namun, disitulah pemazmur mengingatkan umat-Nya bahwa menjauh dari ALLAH berarti kita memilih untuk menjauh dari keselamatan yang mendatangkan damai sejahtera dan sukacita.

Melalui renungan saat ini, Mazmur 22:26-32, kita diberikan suatu kesaksian dan keyakinan iman seorang pemazmur untuk  tetap memuji TUHAN di dalam segala hal. Keyakinan akan kuasa TUHAN akan membawa manusia menuju keselamatan. Mereka yang lapar akan dicukupkan dan yang jatuh dalam dosa akan dibangkitkan untuk menerima keselamatan. Memuji berarti kita memberi ruang lebih besar bagi TUHAN untuk berkarya dalam hidup kita, sehingga hidup ini tidak lagi dikuasai oleh rasa kuatir, melainkan pengharapan dan janji TUHAN yang kekal.

Pdt. Johannes Simanungkalit (Pendeta Cuti Belajar GKPI)

Categories: Bahan Khotbah

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *