EPISTEL 17 MARET 2024, JUDIKA

NAST: JOHANES 12; 20-33

Pendahuluan

Johanes 12 : 20-33, menjelang hari Paskah banyak orang datang ke Yerusalem untuk mengikuti ibadah di bait Allah juga orang non Jahudi dan ada pula orang Yunani mengikuti kepercayaan Yahudi, di Bait suci inilah mereka mendengar berita tentang mengenai Yesus dan pengararan-Nya. Dan mereka juga tahu tentang tindakan simbolik yesus membersihkan rumah ibadat, karena itulah mereka ingin menemuinya dan meminta kepada si Filipus untuk memperkenalkan meeka kepada yesus. Filipus memberitahukan kepada Andreas dan kedua-duanya menyampaikanya kepada Yesus.  karena mereka ingin bertemu dengan Yesus menyatakan bahwa inilah saatnya Anak manusia dipermuliakan , kedatangan orang Yunani bagi Yesus menjadi petunjuk bahwa masa pelayanan Yesus kepada bangsa Yahudi sudah berakhir dengan banyak penolakan dan Ia akan diterima oleh bangsa yang bukan Yahudi, bagian nats ini sangat penting dalam kitab Johanes karena Yesus datang ke Yerusalem untuk mendirikan kerajaan yang berbeda yaitu kerajaan sorga, dan prinsip yang ada di dalamya juga berbeda.

Penjelasan

Saatnya sudah tiba Dia yang diikuti orang banyak itu mengalami penderitaan dan mati disalib,dari penegasan lain diketahui bahwa saat itu ditentukan oleh Bapanya sendiri, orang diajak menyelami ketaatan Yesus serta kepasrahannya kepada Bapannya meskipun jalan yang akan dilewati masih banyak rintangan, dan justru kesediaan inilah yang membuat Bapanya berkenan memberinya kebesaran.Sebelum misi Yesus kepada bangsa-bangsa tercapai Yesus terlebih dahulu mati ini menggambarkan dirin-Nya seperti satu biji gandum yang mati di dalam tanah akan bertumbuh dan akan menghasilkan banyak buah . Kematian Yesus adalah bentuk pemuliaan bagi dirin-Nya , dan bagi orang-orang yang menolakNya , kematian yang akan diganjarkan kepadan-Nya adalah satu kehinaan , tetapi di hadapan Allah saatnya di permuliakan. Kematian itulah cara Allah untuk menarik hidup semua orang supaya datang kepadan-Nya. Yesus menjelaskan pentingnya kematian-Nya di ayat 24 : sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jikalau sebutir gandum tidak jatuh ke dalam tanah , ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah “. Beginilah cara Yesus menjelaskan perlunya kematian-Nya, karena kehidupan kekal hanya ada di dalan dirin-Nya. Namun dengan kematian-nya bisa melepaskan kehidupan itu kepada orang lain yang menaruh kepercayaan mereka kepadan-Nya. Seandainya kita sebagai yang di sebut pengikut Kristus diancam hukuman mati akankah kita tetap teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus?  Kalau kita dapat bayangkan penganiayaan yang terjadi bagi orang Kristen baik secara person dan secara universal terjadi dimana-mana bukan hanya di Timur tengah dan mungkin sewaktu-waktu terjadi ditempat kita , untuk itulah Tuhan Yesus mengingatkan kita tentang masa-masa penganiayaan yang akan menimpa orang –orang percaya . Yesus berkata” semua itu kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera , alam dunia kamu menderita penganiayaan tetapi kuatkanlah hatimu , Aku telah mengalahkan dunia ( Johanes 16 : 33). Dan Ia juga berkata” barang siapa mencintai nyawanya  di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal ( Johanes 12: 25) , dan barang siapa mencintai , ia akan kehilangan nyawanya ( ayat 25 a) . Mencintai nyawa berarti: keinginan untuk mencari aman sendiri dan hanya mementingkan diri sendiri. Kehilangan nyawa bisa dipahami dalam  pengertian yaitu; menghancurkan kehidupan di dunia ini dan kehilangan kesempatan untuk memperoleh hidup yang kekal. Orang yang mementingkan diri sendiri dan mau mencari aman sendiri akan menghancurkan kehidupan sendiri dan juga orang-orang yang berada di sekitarnya dan mungkin sulit untuk sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus , padahal hidup yang kekal hanya ada pada Dia ( Yohanes 14 : 6 ; Kisah Para Rasul 4 : 12) .

Masa –masa yang kita lewati baik itu penindasan, ketidak adilan , iri hati, cemooh, akan menjadi batu ujian agar kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Barang siapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup kekal ( ayat 25b) tidak mencintai nyawanya artinya: tidak mementingkan diri sendiri dan tidak mencari rasa aman melainkan dia percaya bahwa Kristus yang telah mengasihi dan menyerahkan dirin-Nya untuk kita galatia 2 : 20 dikatakan: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan dirin-Nya untuk aku” . Orang yang mencintai nyawanya dia terus berkarya untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang , apapun ancaman yang dia hadapi bukan menghalangi untuk berbuat lebih baik , dan tidak gentar menghadapi baik itu di bidang perekonomian, kedudukan yang tidak kunjung naik jabatan, tetapi dia memiliki prinsip Filipi 1:21”karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntunganku”.

Renungan

Sebagai pengikut Kristus apakah kita masih “ mencintai nyawa kita”? / atau membiarkan diri kita larut dalam kesenangan dunia, dan hanya peduli pada diri sendiri, maka kita tidak menghasilkan buah. Tetapi jika kita “ tidak mencintai nyawa kita “ maka kita pasti akan berusaha bagaimana caranya walaupun dihina, ditolak, dilempari, ditertawai. Kita tetap memberitakan Injil. Tuhan Yesus tidak menolak Bapan-Nya oleh karena inilah Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, begitupun dengan kita , kita diciptakan untuk menjalankan amanah agung-Nya, melayani dan mempunyai persekutuan dan memanggil kita untuk memberitakan Injilnya dan marilah kita menjawab : ini aku Tuhan utuslah aku ( Yesaya 6 : 8). Amen

Oleh: Pdt. Sanny Samosir

Res. Sempung

Categories: Epistel

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *