Khotbah Minggu       : 10 Set.TRINITATIS

Minggu, 13 Agustus 2023

Nas  Epistel  : Matius 8: 5-13

  1. Pendahuluan

Peristiwa dalam matius 8: 5-13, terjadi di Kapernaun, yaitu: kota yang terletak di tepi laut galilea dan pada saat ini sudah tinggal reruntuhan saja. Perwira yang murah hati dan dermawan yang sangat memiliki Empati terhadap hambanya (budak) yang mengalami sakit yang mematikan dan memiliki pengharapan kepada Yesus sebagai sumber kesembuhan. Iman yang dimilikinya menggerakkan belas kasihannya kepada hambanya, demikianlah kiranya iman kita menggerakkan kita menjadi manusia yang berbelas kasih atau berempati kepada yang lain, sehingga kita menjadi berkat bagi yang lainnya.

  1. Pembahasan
    1.  Tergerak Untuk Berempati (ayat 5-6)

Dalam nas yang kita baca pada ayat 5, dikatakan ada seorang perwira yang menjumpai Yesus dalam rangka mengajukan permohonannya untuk kesembuhan hambanya (budak) yang lagi sakit. Ini adalah sesuatu yang luar bisa seorang perwira yang peduli kepada hambanya (budaknya), oleh karena budak itu dipandang tidak berharga pada zaman tersebut. Willyam Barclay mengatakan bahwa: budak bukanlah seorang pribadi, ia hanya sebuah alat yang hidup. Seorang majikan berkuasa mutlak atas budak-budaknya. Ia dapat memotong telinganya dan menghukum mereka, ia dirantai dan dipekerjakan di usaha majikannya. Mereka bisa dipukul, dicambuk dengan tongkat dan gada jika terdapat melakukan kesalahan. Budak yang sudah tua dan sakit-sakitan bisa dibuang oleh tuannya. Dalam pertanian Romawi, ada tiga klasifikasi alat pertanian, yaitu: alat pertanian yang bisa berucap (budak), tidak bisa birucap dan bisu. Dari informasi di atas kita dapat melihat dengan jelas bagaimana kepedulian seorang perwitra itu adalah sesuatu hal yang luar biasa karena dengan jabatan yang dimilikinya, dia bisa mengusir atau menghukum budaknya yang sedang sakit itu, karena telah menyusahkannya dan hal itu lazim dilakukan pada zaman tersebut. Empati yang dimiliki oleh sang perwira menggerakkan hatinya untuk mengasihi dan menolong budaknya mencari pertolongan untuk menyembuhkannya, itulah sebabnya dia datang kepada Yesus memohon supaya budaknya itu disembuhkan. Dalam kalimat yang disampaikan Perwira tersebut tampak bagaimana dia sangat memiliki Empati kepada budaknya, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit, ia sangat menderita”. Ucapan tersebut menjelaskan betapa Perwira tersebut turut merasakan apa yang dirasakan oleh hambanya (budak). Hal ini merupakan kasih yang sangat luar biasa yang perduli kepada orang lain dan turut merasakan apa yang dirasakan orang lain.

  • Perwira yang Merendahkan diri (7-10)

Jika kita membaca dengan teliti ayat yang ke 8-9 kita disuguhkan betapa si Perwira ini adalah orang yang memiliki sikap yang rendah hati, “aku tidak layak menerima tuan dirumahku”. Perwira itu enggan menimbulkan kesulitan bagi Yesus jikalau Yesus hadir/datang kerumahnya. Hal ini memang dipengaruhi oleh tradisi yang berkembang saat itu, adalah sesuatu hal yang tidak lazim seorang Jahudi datang ke rumah orang Romawi. Namun lebih dari hal itu kita melihat bahwa kata yang disampaikan “tidak layak”, ini lebih mengarah kepada kesadaran dan perasaan yang mendalam bahwa si Perwira merasa dirinya tidak pantas untuk menerima kunjungan Yesus yang dipanggilnya tuan. Kata tua yang disampaikannya kepada Yesus menunjukkan bahwa dia menganggap bahwa Yesus lebih tinggi dan dia lebih rendah dari padanya. Perwira ini juga tampak jelas menunjukkan kerendahan hatinya pada ayat 9 dengan perkataan “Aku ini seorang bawahan dan dibawahku ada pula prajurit, jika aku berkata kepada salah satu prajurit itu pergi maka ia pergi dan kepada seorang lagi datang maka ia datang…dst..”. Hal ini berarti dengan kuasanya dia bisa saja mengutus/menyuruh prajuritnya menghadap Yesus untuk meminta pertolongan kepada hambanya yang sakit itu, namun dia lebih memilih supaya dia sendiri yang datang bermohon kepada Yesus. Dalam tafsirannya Heer mengatakan bahwa Perwira (centurion) adalah kepala diatas serratus serdadu, itu artinya dia memilki banyak anggota dibahwahnya.Kasih yang ada dalam dirinya menimbulkan Empati yang membuat dia tidak mempertahankan harga diri dan kekuasaanya untuk datang   kepada Yesus. Memang dalam kitab matius cerita tentang kisah Perwira ini dikisahkan lebih pendek berbeda dengan injil Markus dan Lukas yang menyampaikan bahwa Perwira tersebut tidak langsung berbicara dengan Yesus namun menyuruh perantara berbicara langsung kepada Yesus. Namun satu hal yang kita lihat dari persitiwa tersebut, Perwira tidak mempertahankan harga dirinya demi kesembuhan atau keselamatan hambanya (budaknya) sehingga dia berupaya untuk menjumpai Yesus. Inilah makanya Yesus mengatakan “sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah aku jumpai pada seorangpun di Israel”.

  •  Iman Yang Berdampak Pada Yang Lain (9, 10,13)

Perwira itu memiliki keyakinan yang sangat besar terhadap Yesus, dia memahami Yesus berkuasa dan dapat mengatur segala penyakit dan kesehatan dengan sepatah kata saja, itulah yang ia gambarkan juga dengan posisinya yang memiki kuasa atas prajuritnya, artinya si Perwira memahami bahwa Yesus punya kuasa untuk mengendalikan hanya dengan katanya, dia meyakini bahwa kata-kata Yesus saja cukup untuk melenyapkan segala penyakit dari tubuh hambanya (budak) yang sakit dan hampir mati tersbut. Hal ini tampak kita lihat dengan perkataannya “katakanlah saja sepatah kata, supaya hambaku itu sembuh”. Penyembuhan yang demikian langka dilakukan, yaitu penyembuhan jarak jauh. Namun karena keyakinannya dia beroleh apa yang dia Imani, di ayat 13 penulis kitab Matius dengan jelas menyampaikan informasi bahwa pada saat yang sama hamba si Perwira itu mengalami kesembuhan oleh karena kuasa perkataan Yesus.  Sehingga oleh iman yang besar yang dimiliki si Perwira, orang lain terberkati (hamba/budaknya).

  •  Ikut Dalam Perjamuan Tuhan (10-12)

Ayat 10-12 seolah-olah tidak berkesinambungan dengan kasus yang terjadi dalam kisah perwira terssbut. Di ayat ke 10, Yesus memberi pengakuan bahwa Dia tidak menemukan iman besar seperti yang dimiliki si Perwira tersebut, namun tiba-tiba Dia berbicara terhadap konteks Perjamuan Tuhan. Mungkin dalam kasus yang dihadapi Yesus dengan Perwira dan hambanya (budaknya), tiba-tiba teringat akan Yesaya 2: 3 “banyak orang akan mencari Tuhan” dan Yesaya 25: 6 “Tuhan akan menjadikan di Sion suatu perjamuan untuk segala bangsa-bangsa”, sehingga Dia berbicara orang dari seluruh dunia akan duduk dan makan bersama dalam dunia yang baru. Namun dalam teks tersebut ada hal yang menyedihkan yang disampaikan oleh Yesus yaitu bahwa anak-anak Kerajaan akan dicampakkan ke dalam kegelapan. Perkataan Yesus merujuk kepada orang Yahudi yang tidak mau mendengar dan menerima apa yang disampaikan oleh Yesus. Pada ayat 12, Yesus memberi gambaran hebat ketika seseorang itu tidak diterima ke dalam perjamuan Tuhan, maka dia akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang mengambarkan penderitaan, dimana di sana hanya ada ratap dan kertak gigi. Kertak dalam teks merupakan gambaran dari hati yang menderita. Jika dikatkan dengan konteks perwira tersebut, kita dapat memahami bahwa Yesus ingin menyampaikan bahwa yang diterima dalam perjamuan makan tersebut adalah orang yang memiliki iman, karena kita diselamatkan oleh iman dan kasih karuniaNya.

  1. Diskusi
    1. Bagaimanakah kita memahami Kuasa perkataan Yesus yang menyembuhkan hamba perwira tadi jika dihubungkan dengan kasus yang dilakukan oleh Yesus dalam mengutuk pohon ara yang tidak berbuah yang tertulis dalam Matius 25: 18-22.
    1. Bagaimanakah kita mempraktekkan iman yang kita miliki jika diperhadapkan dengan penderitaan yang ada disekeliling kita, dihubungkan dengan Yaobus 2: 17 dan Matius 25: 40-45.
  2. Renungan

Ada banyak orang yang menyatakan dirinya beriman di dalam Tuhan, namun sangat sedikit kita temukan iman itu nyata dalam realita kehidupan yang dijalani. Iman yang diharapkan adalah iman yang berbuah, memberi dampak dan menjadi berkat bagi sekeliling kita, sebagaimana kita terpanggil untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Jika kita hubungan dengan tuntutan dalam pembuangan di Babel sebagaimana disampaikan di Yeremia 29: 7 “usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraanya adalah kesejahteraanmu”. Dengan perkataan Allah yang disampaikan melalui nabi Yeremia kita semakin disadarkan betapa pentingnya mengaplikasikan yang kita Imani supaya yang lain ikut terberkati oleh iman yang kita miliki.   

Oleh: Pdt. Janri Simanjuntak (GKPI Resort Nassau)


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *