Minggu 24 Mar 2024  PALMARUM

Epistle : Mazmur 72:1-11

Dengan sangat jelas, dalam Alkitab, Mazmur Pasal 27 diberi judul ‘Doa harapan untuk raja’. Mazmur rajawi ini mengemukakan raja sebagai wakil Tuhan. Ia mewakili Tuhan di hadapan Israel dan dalam dunia keadilan dan kedamaian, yang dengan itu dunia diciptakan. Namun, raja adalah manusia yang hanya memberikan apa yang ia terima, ia hanya sebagai perantaraan dari Allah kepada umat.

Mazmur ini menggunakan bentuk yang lazim dipakai pada hari pengangkatan seorang raja dan pada peraayaan sekitar takhta. Penyair meminjam unsur-unsur yang lazim di istana raja-raja Mesir, Babel dan kerajaan tetangga.

Ayat 1-4

Allah kiranya memberi hukum kepada raja; istilah Ibrani misypat, jauh lebih luas artinya dari terjemahan Indonesianya. Istilah misypat berasal dari kata kerja syphat ‘menghakimi’, ‘memberikan keadilan’, ‘menjamin hubungan yang tepat antara anggota suatu masyarakat dan membebaskan’. Di dalamnya terjalin empat unsur yang semua terkandung dalam masmur ini: a) Kerelaan membela hak orang yang tidak dapat memperjuangkannya sendiri, yaitu mereka yang tertindas dan miskin (ay. 4b) dan orang lemah yang tidak mempunyai penolong yang dpat bertindak di depan pengadilan (ay. 12-14). Kiranya mereka semua diberi keadilan (ay. 4a). b) Kemauan menghakimi dan menghukum para pemeras (ay. 4b), penindas dan orang yang main kuasa dengan kekerasaan; c) Kebijaksanaan memerintah sedemikian rupa, sehingga orang dapat hidup dalam damai sejahtera menurut kebenaran/ keadilan (ay.3); dan akhirnya d) kesanggupan membebaskan bangsanya dari ancaman musuh (ay. 9-11) dan menjamin keamanan ke luar (sebagaimana dilakukan oleh “para hakim”).

Ayat 5-7

Kiranya raja diberi waktu seluas tugasnya (bnd Mzm. 89: 36-38 dan 21:5); kiranya pemerintahannya seperti hujan yang menyuburkan tanah, ‘seperti aliran air di tempat kering” (tentang raja adil Yes 32:2; bnd. Juga Hosea 6:3), sehingga tumbuh berlimpah damai sejahtera dan keadilan (ay. 3-4)

Ayat 8-11

Wilayah pemerintahan raja diharapkan meluas sampai ke batas ideal yang disebut dalam janji di Kel. 23:3 dan Ul. 11:24 di mana sebelumnya gerombolan penyamun merampok kalifah perdagangan dan di mana suku-suku mempersiapkan serangan terhadap tanah petanian yang subur, di situlah kiranya orang mengakui kuasa raja baru; “berlutut” dan ‘menjilat debu” merupakan tanda penyerahan diri dan pengakuan pertuanan seorang raja (bnd. 2 Raj. 1:13 dan Yes. 49: 23); bahkan Negara yang terjauh dan terkaya pun seperti Tarsis dan pelabuhan di Laut Tengah (bnd. Mazmur 48: 8 serta Negara Mas di Arabia Selatan (bnd Ys. 60:6 dan 1 Raj. 10:2) diharapkan mengakui kewibawaan raja itu.

Bagaimanaknah seorang raja Yerusalem dapat disambut sebagai maharaja? Ada orang yang melihat di situ gambaran yang melebih-lebihkan, seorang penyair istana yang menduga bahwa pemazmur “meminjam” rumus pengangkatana raja Babel atau Mesir, karena di Israel sendiri, lembaga kerajaan masih baru, sehingga belum tersedia suatu perbendaharaan naskah asli untuk upacara kerajaan itu; yang lain lagi menekankan bahwa raja Yerusalem dipandang sebagai petugas Tuhan semesta alam, sehingga pengangkatannya berarti bukan untuk bangsanya sendiri saja, melainkan untuk seluruh dunia.

Setelah lembaga kerajaan berakhir, maka raja Mesias yang akan datang dilihat dalam terang mazmur ini. Ayat 8 dikutip Zakharia yang menambah: “Ia akan memberitakan damai sejahtera kepada bangsa-bangsa” (Zak 9: 10), sama seperti leluhur raja itu menjadi berkat bagi semua bangsa (Kej. 12:3).

Karena raja-raja keturunan Daud tidak memenuhi doa harapan bangsanya, terutama mereka tidak mementingkan si lemah sebagaimana mereka ditugaskan oleh Allah, maka lembaga kerajaan hilang dari bangsa Israel. Dalam diri Yesus Kristus, Allah memberikan Raja Adil yang diharapkan umatNya, tetapi cara Ia mewujudkan kerajaan itu begitu baru, sehingga kita pun baru mulai memahami artinya. Orang lemah diberikanNya hak sebagai anak-anak Allah; pemeras yang menyalahgunakan kedudukannya seperti tukang bea cukai di bidang ekonomi, para Farisi dan Ahli Taurat di bidang agama dan kebudayaan dipermalukanNya sedemikan rupa, sehingga mereka berubah dan mencari kehendak Allah dengan mengikuti Yesus atau melawan kehendak Allah dan membuka hidup kekal bagi sekalian orang yang percaya akan Dia. Ia membiarkan diri mati terkutuk dan menjadi berkat melimpah untuk seluruh manusia. Ia menjalankan kehendak Allah sampai genap dan diberikan nama di atas segala nama. Sebagai hamba Raja Damai itu, kita digerakkan oleh rohNya untuk berusaha dengan penuh harapan dan tanpa memikirkan diri sendiri, agar setiap orang yang tidak mempunyai penolong diberi apa yang dibutuhkannya, supaya bertambahlah keadilan dan kesejahteraan, di mana saja kita ditempatkan. Amin.

Diskusi:

  1. Bagaimana pemimpin/ raja di dunia ini menjalankan kepemimpinannya?
  2. Apa-apa saja yang dapat kita maknai dan pelajari dalam diri Yesus, Sang Raja?
  3. Harapan dan kekuatan apa yang kita miliki dalam diri Yesus, Sang Raja diperhadapkan dengan kemerosotan kepemimpinan dunia saat ini?
  4. Bagaimana kita merespon dan memperlakukan Yesus sebagai Raja?

Oleh: Pdt Lestina H Hasibuan

Categories: Epistel

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *