Senin Paskah  II, 1 April 2024

Evangelium : 1 Korintus 5: 6 – 8

Pendahuluan

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga” saya rasa peribahasa ini tidak asing ditelinga bapak dan ibu serta saudara sekalian. Apa artinya? Nila dalam peribahasa ini adalah bahan cat(pewarna) biru yang dibuat dari daun tarum, zat ini apabila dimasukkan kedalam sebuah cairan susu yang dapat mempengaruhi warna susu yang tadinya putih menjadi kebiru-biruan. Peribahasa ini ingin menggambarkan bahwa keburukan meskipun dalam jumlah yang kecil dapat mempengaruhi keseluruhan menjadi buruk. Peribahasa ini dapat menjadi sebuah gambaran terhadap teks firman Tuhan yang kita baca saat ini mengenai keberdosaan yang apabila tidak ditindak dengan tegas dapat merusak komunitas Kristen Korintus pada waktu itu.

Pembahasan Nats

Firman Tuhan hari ini 1 Korintus 5: 6 – 8 memuat dua hal, satu berupa metafora dan satu lainnya mengutip kisah Hari Raya Yahudi yang digunakan rasul Paulus untuk menegur jemaat Korintus tentang kesalahan yang mereka perbuat.

  1. Sedikit ragi dapat menkhamiri seluruh adonan(ayat 6)

Ayat ini dibuka dengan kata “Kemegahanmu tidak baik”, dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini “Tidak patut kalian merasa sombong”. Paulus melalui teks ini bermaksud menegur jemaat Korintus bahwa sering sekali mereka menutup mata terhadap dosa yang terjadi dalam kehidupan mereka sebagai sebuah komunitas Kristen, sementara mereka adalah sebuah jemaat yang memiliki pendidikan tinggi karena kota Korintus merupakan salah satu kota besar di provinsi Romawi Kuno, kota pusat perdagangan yang kaya. Kemapanan jemaat Korintus baik secara material ataupun pendidikan bukannya membuat jemaat Korintus peka terhadap dosa yang terjadi namun justru abai. Kita juga dapat melihat bahwa orang-orang Korintus adalah orang-orang yang secara konseptual mempertimbangkan dengan kritis arah teologi yang mereka nikmati, sehingga menghasilkan perpecahan akibat berbagai macam golongan Apolos, Kefas ataupun Paulus. Maka dapat dikatakan bahwa Korintus kaya akan pengetahuan termasuk pengetahuan akan agama. Hal ini juga yang pada akhirnya menyebabkan kesombongan dalam diri jemaat Korintus. Namun hal ini tidak berjalan lurus dengan kemampuan mereka  untuk mengoreksi kehidupan mereka sebagai sebuah komunitas Kristen[1].  

Dosa seperti apa yang terjadi dalam jemaat Korintus pada waktu itu? Kita dapat melihatnya dalam 1 Korintus 5: 1 yang berbicara mengenai dosa percabulan. Dosa percabulan ini dapat dikatakan sebagai suatu hal yang keterlaluan karena perzinahan terjadi dengan isteri ayahnya sendiri. Paulus menilai dosa percabulan ini bahkan tidak terjadi di bangsa yang tidak mengenal Allah.

Teguran ini Paulus lengkapi dengan sebuah metafora yang dekat dengan konteks kehidupan jemaat Korintus pada waktu itu bahwa sedikit ragi dalam pembuatan roti dapat mengkhamirkan seluruh adonan. Kita perlu menelisik kata ragi dalam teks ini, dalam Alkitab Yunani ragi diartikan dari kata zume dalam Alkitab terjemahan ESV[2] digunakan kata leaven bukan yeast yang berarti ragi bukan dalam kualitas yang baru melainkan ragi yang berasal dari sisa adonan. Ragi ini mengakibatkan rasa sedikit masam. Karena ragi sisa(cemar) yang rasanya juga masam tentu ragi ini dapat mempengaruhi kesehatan.

Mungkin sekali Paulus memikirkan bahwa penangan yang tidak tepat terhadap kehidupan jemaat yang melakukan dosa dapat mengakibatkan Gereja kehilangan kemampuannya untuk bersaksi karena Gereja pada akhirnya menjadi komunitas “cemar”. Selain itu dapat menyebabkan orang lain dalam komunitas itu tergoda untuk melakukan dosa yang sama.

  • Hari Raya Yahudi

Ini adalah hal kedua yang rasul Paulus gunakan untuk menegur orang Korintus pada waktu itu yang berbicara mengenai Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Paskah, dua hari raya yang saling berkaitan. Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, tempat perbudakan, Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menyembelih domba jantan yang darahnya digunakan untuk dioleskan di pintu rumah mereka sehingga tulah kemusnahan(kematian) lewat(passover) dari pada orang Israel. Hal ini terjadi ketika Allah ingin menghukum tanah Mesir. Kemudian Allah memerintah bangsa Israel untuk memakan roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya. Pada hari pertama perayan Hari Roti Tidak Beragi bangsa Israel diperintahkan Allah untuk membuang segala ragi yang berada di dalam rumah, sebab orang yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari antara Israel. Karena ragi dalam konteks ini pun ditandai dengan sebuah kecemaran.  

Dengan mengatakan Yesus Kristus sebagai anak domba paskah, Paulus mengjarkan bahwa penggambaran akan kematian Yesus di kayu salib berakar dari tradisi Paskah Yahudi saat mereka dilepaskan dari kematian karena darah domba yang dioleskan di pintu rumah mereka. Sudut pandang yang ingin Paulus tekankan melalui tulisan ini bukan hanya soal keselamatan yang terjadi terhadap orang-orang Kristen lewat kematian Yesus di kayu salib tetapi juga mengenai kesuciaan karena melalui anak domba Paskah kita yang telah disembelih, yaitu Kristus kehidupan umat Tuhan telah dimurnikan lewat anugerah kematian tersebut. Maka dari itu teks ini tak lain dan tak bukan untuk mengajak umat memelihara kemurniaan dan kebenaran.

Renungan

Bapak dan ibu serta saudara sekalian yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus pesan apa yang dapat kita petik dari firman Tuhan hari ini?

  1. Dalam konteks kehidupan kita sehari-hari, membicarakan dosa orang lain adalah hal yang paling digemari, ini adalah kemegahan yang di kritik Paulus. Sedangkan untuk menegur ataupun menolong orang lain tersebut keluar dari kubangan dosa sedikit adanya. Orang-orang yang hidup dijalan dosa apabila tidak ditegur akan terus hidup dalam jalan ini, kemungkinan terbesar justru komunitas Kristen dapat tercemar maka dari itu firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk mau menegur orang-orang yang mulai melenceng dari jalan Tuhan.
  2. Alasan mengapa kita enggan untuk menegur orang-orang yang mulai melenceng dari jalan Tuhan adalah bahwa kita sendiri juga adalah pelaku dosa. Maka dari itu firman Tuhan hari ini sekaligus menjadi pengingat bagi kita untuk terus memelihara kesuciaan hidup sebagai sebuah penghargaan terhadap karya anugerah Allah melalui kematian Yesus yang telah mensucikan kita.
  3. Gereja sebagai sebuah organisasi yang memiliki kepengurusan, melalui firman Tuhan hari ini diingatkan untuk berlaku tegas kepada mereka orang-orang yang mulai melenceng dari jalan Tuhan bukan sebagai hakim tetapi sebagai orang-orang yang berduka, yang ingin kekudusan dapat terus terpelihara tanpa terkecuali tidak melihat latar belakang sosial seseorang tertentu. Maka dari itu sebuah kesadaran bahwa GKPI mengubah Hukum Siasat Gereja menjadi Tata Pengembalan, dengan semangat bahwa orang yang jatuh dalam dosa perlu digembalakan, ditegur dan ditata kembali untuk memelihara kesuciaan.
  4. Paulus tidak mengajak kita untuk membenci para pendosa. Teguran yang rasul Paulus sampaikan adalah tentang respon apa yang perlu kita berikan kepada orang-orang yang berdosa. Kita sebagai pribadi, ataupun sebagai komunitas Kristen Gereja bukan tempat orang-orang berdosa merasa terfasilitasi melakukan dosa. Komunitas Kristen adalah panti rehab tempat orang-orang dipulihkan dari dosa yang cemar termasuk diri kita sendiri. Melalui kematian Yesus di kayu Salib dan kebangkitannya, kita telah dimampukan untuk melakukannya.

Vik. Rain Bow Hutabarat

GKPI Pos Kebaktian Juruq Raya, Bentian Besar, Kalimantan Timur


[1] bnd 1 Korintus 5:2

[2] English Standard Version

Categories: Bahan Khotbah

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *