Estomihi

Epistel: Mazmur 99:1-9

Tuhan Raja Yang Maha Mulia Dan Maha Kudus

Pengantar

Bapak/Ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus! Jika kita perhatikan dalam ibadah di gereja kita, sering kita jumpai bahwa ada banyak orang Kristen yang kurang bersungguh-sungguh dalam memuji dan menyembah Tuhan.Mereka memuji dan menyembah Tuhan ala kadarnya pada hal mereka tahu kepada siapa pujian itu ditujukan yaitu kepada Tuhan yang maha pencipta, pencipta langit, bumidan segala isinya. Maka dari itu adalah hal yang sangat penting untuk kita ketahui, saat memuji Tuhan hati kita harus bersih, benar, tidak ada ganjaran, amarah, jengkel, sombong.Selain itu sikap tubuh kita juga turut mempengaruhi dalam pujian dan penyembahan kita.Menyembah adalah ungkapan penghormatan atas keagungan Tuhan. Oleh karena itu kita harus menyembah bukan hanya dengan kata, tetapi juga dengan sikap hati dan tubuh kita. Memahami dengan benar siapa yang kita sembah menentukan sikap kita dalam menyembah. Pemahaman pemasmur kepada Allah yang adalah Raja yang maha mulia,mendorong kita semua untuk memuji, meninggikan dan sujud menyembah kepadaNya.Bagaimana kita memuji dan menyembahNya? Itulah yang akan kita gumuli, renungkan dan kerjakan melalui Nats khotbah kita pada minggu ini dengan topik; Yesus sang Raja yangMaha Mulia.

Isi

Bapak/ibu, saudara/ i yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus! Mazmur 99 ini adalah nyanyian pujian yang menggambarkan bahwa Tuhan adalah Raja yang kudus. Penekanan yang dalam diperlihatkan dalam nats ini bahwa Tuhan tampil sebagai raja di atas segala raja sebab Dia adalah Raja yang kudus. Dalam Masmur 99 ini kita menemukan tiga keberadaan Tuhan. Yang pertama, Tuhan, Raja yang besar yang bersemayam di atas kerub-kerub dan mengatasi segala bangsa. Kedua, Tuhan, Pecinta hukum dengan menegakkan kebenaran dan berlaku adil. Dan yang ketiga, Tuhan, pendengar doa dan seruan. Dengan dasar keberadaan Tuhan itu, pemasmur mengajak umat Israel untuk meninggikan Tuhan dengan nyanyian syukur dan sujud menyembahNya. Relasi antara Tuhan dengan umatNya diwakili oleh Musa (mewakili hukum taurat) Harun (mewakili para imam) dan Samuel ( mewakili para nabi). Walaupun demikian, mereka menyampaikanseruan kepada Tuhan.

Pemasmur memahami bahwa Allah adalah Raja yang kudus sehingga ia mengutarakan sifat-sifat dari Allah itu sendiri yakni: kudus, namanya besar dan dasyat, kuat, mencintai hukum, mendengar seruan dan mengampuni. Semua sifat-sifat Allah yang adalah kudus dalam arti terpisah atau lain dari allah-allah di sekitar Israel. Apa yang membedakan Allah Israel dari allah-allah lain dapat dilihat dari sifat Allah yang mengasihi umatNya tetapi sekaligus berlaku adil atas perbuatan umatNya. Hal ini menjadi penting karena sifat yang demikian tidak dimiliki oleh ilah lain. Hal ini jugalah yang ditekankan oleh pemasmur agar setiap umat israel memiliki sifat yang sama seperti Allah. Pemasmur hendak menekankan identitas umat Allah seharusnya memiliki kwalitas yang berbeda dari bangsa lain yang ada di sekitar Israel. Dunia ( manusia) berada dalam tumpuan kaki Tuhan menggambarkan keberadaan manusia yang tidak sebanding dengan betapa agungnya dan mulianya Tuhan sehingga manusia harus sujud menyembahnya dalam kerendahan. Dalam nats ini pemasmur menyebutkan betapa kudusnya Tuhan itu. Oleh karena kekudusannya, manusia patut memuliakanNya dengan nyanyian syukur bagi namaNya. Nyanyian syukur dalam hal ini tentu bukan dimaknai secaa sempit pada pengertian menyanyikan lagu pujian rohani, melainkan memuliakan Tuhan dalam segenap hidup dengan didasari penghayatan bahwa Tuhan adalah Raja yang kudus dan maha mulia. Sebagai Raja yang kudus la telah melakukan dan menegakkan kebenaran serta bertindak berdasarkan kasih dan kemurahanNya.  Ia memerintah dengan belas kasih dan benar-benar memperhatikan seruan umatNya bahkan menuntun umatNya untuk hidup dalam tuntunan perintahNya yang membaa keselamatan. Dia adalah Tuhan yang mengampuni, tetapi juga Tuhan yang bertindak dengan keadilan yang tidak segan-segan menghukum umatNya yang hidup dalam dosa.

Walaupun Tuhan adalah Raja yang duduk di tahta maha tinggi, pengalaman iman orang percaya membuktikan baha la sangat dekat, menyapa dan tetap menyertai umatNya.Dalam pribadiNya yangdemikian itu, umat haruslah menghormati Tuhan dan merendahkandiri di hadapanNya.

Aplikasi                                                                                                                                     

Bapak/ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus! Melalui penjelasan dalam Nats khotbah ini ada beberapa hal yang perlu kita renungkan  untuk kita nyatakan dalam kehidupan kita:

  1.  Sebagai umat Allah, kita diajak untuk lebih mengenal Allah yang kita sembah Pengenalan kita akan Allah akan memperkuat iman kita dan menolong kita untuk hidup sebagaimana sifat dan kehendak Allah. Karena Allah itu kudus, kitapun harus hidup didalam kekudusan yakni hidup dengan cara yang berbeda dari cara hidup dunia yang tidak menghormati kekudusan Allah.
  2. Pengakuan kita kepada Allah yang adalah Raja, mengajak kita untuk selalu hormat menyembah dan meninggikanNya. Meninggikan Tuhan merupakan bagian dan kewajiban kita sebagai orang percaya. Tuhan itu patut ditinggikan karena perbuatanNya yang ajaib bagi kita. Melalui Nats ini, kita diingatkan bahwa Dia juga Allah yang maha besar dan mulia yang mengatasi segala bangsa. Allah kita bukanlah Allah yang hanya mengatasi bebagai masalah pribadi dalam hidup kita tetapi juga kudus dan berkuasa.
  3. Seberapa sering sifat-sifat Allah yang disebutkan itu kita sadari dalam kehidupan sehari-hari? Seberapa sering kita berjuang untuk mewujudnyatakan kekudusan, kekuatan,kebenaran dan keadilan Allah melalui hidup kita? Kita hidup di hadapan Allah yang adalah Raja yang maha mulia tentu respons sujud menyembah adalah hal yang sangat alami. Namun saat kita bersikap terhadap Allah semata-mata sebagai sosok yang bias kita mintai pertolongan kapan pun, maka respons yang muncul akan berbeda yaitu sikap kasual, datang ke gereja tanpa persiapan hati, menjalani hidup tanpa integritas.Memang benar, Allah itu pengampun, tetapi Dia tidak membiarkan perbuatan salah kita sang Raja yang maha mulia.berlalu begitu saja. Dia mencintai hukum/keadilan dan menegakkan kebenaran. Dia lah
  4.  Kesadaran bahwa Tuhan adalah Raja yang maha Mulia yang berdaulat dan pemilik hidup kita, seharusnya membawa ketaatan tanpa syarat bagi kita. Apalagi di dalam Kristus sang Raja yang maha mulia, yang sudah menang dengan kebangkitanNya,kita ditebus, kita dijamin, kita telah dibayar lunas dengan kepastian dan jaminan dari Allah sendiri. Dengan menyadari itu maka kita akan meninggikan Tuhan dengan syujud menyembahNya didalam setiap kehidupan kita. MenyembahNya di dalam setiap ibadah-ibadah harian kita menunjukkan bahwa kita sangat meninggikan Tuhan. Ibadah menjadi sarana kita untuk memuliakanNya. Tentu saja selain di dalam ibadah, kita juga harus meninggikan Tuhan melalui pola sikap dan laku kita di hadapan manusia terlebih di hadapan Tuhan. Tingkah laku kita menjadi seperti Tuhan dalam kasih dan berbuat baik bagi semua orang.
  5. Maka dari itu, dalam kehidupan kita, pemuliaan dan pengagungan Tuhan semestinya kita dasari dengan pengenalan akan pibadi Allah yang kudus yang bertindak dalam kasih kebenaran dan keadilan bagi kita. la yang bekenan menyucikan kita dari segala dosa, la juga memanggil kita untuk hidup dalam kekudusan dan bertindak sebagaimana teladanNya. Dengan demikian, kita memuliakan Allah bukan sekedar menyanyikan pujian dan ibadah saja, melainkan dengan laku hidup kudus yang bekenan bagiNya.Memelihara kekudusan adalah panggilan hidup yang melekat di dalam hati kita yang memungkinkan Tuhan benar-benar dipermuliakan dalam sikap dan tindakan hidup kita.Kekudusan hidup adalah bentuk pengagungan, penghormatan dan bakti kepada Allah yang kudus, Raja yang Maha Mulia.
  6.  Kekudusan Tuhan itu telah dinyatakan pada manusia melalui Yesus Kristus (Yoh.6:69)dan Tuhan tidak hanya memperlihatkan kekudusanNya tetapi juga menguduskan setiap orang percaya kepadaNya melalui pengampunan dosa dari Dia. Oleh karena itu, marilah kita memuji dan memuliakan Tuhan sebagai Raja yang kudus yang maha mulia yang sudah menyelamatkan dan emelihara kehidupan kita juga sehingga kita dilayakkan untuk hidup dekat dan bersama dengan Dia di dalam kemuliaanNya. Dengan iman yang teguh, kita menjalani kehidupan ini bahwa kita memiliki Raja yang kuat sebagai batu perlindungan sebagaimana seruan pada minggu estomihi ini; Tuhan adalah Gunung batu, benteng perlindunganku.

Hadirnya Yesus sebagai Raja, bukanlah Raja dalam arti raja secara politik. Yesus bukanlah seperti raja-raja dunia ini yang mengorbankan keselamatan pasukan dan rakyatnya demi keselamatan raja tetapi Yesus sebagai Raja yang Maha Mulia itu mengorbankan diriNya demi keselamatan rakyat yang dipimpinNya (umat-Nya). Kehadiran Tuhan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita bukan hanya sebatas pernyataan saja tetapi juga memberikan kepada kita keyakinan teguh bahwa setiap umat yang pecaya kepadaNya akan senantiasa mendapatkan perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan dari Tuhan yang memerintah hidup kita. Amen.

Pdt. Anton Pakpahan

Kantor Pusat GKPA Padangsidempuan.

Categories: Uncategorized

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *