Minggu PASKAH I, 31 Maret 2024

Evangelium: Yesaya 25: 6-9

  1. Pendahuluan

Pada umumnya orang bersukacita itu karena keberhasilan atau pencapaian yang diraihnya atau karena sebuah kebahagian yang dirasakan. Bersuka cita bisa menjadi salah satu wujud syukur atas kebaikan dan anugerah Tuhan. Bersuka cita juga digambarkan oleh penulis Kitab Yesaya seperti sebuah pesta perjamuan makan yang dilakukan setelah kemenangan. Pesta itu digambarkan dengan hidup dan hal itu merupakan dambaan semua orang. Namun, siapa yang akan menyelenggarakan pesta itu? Bagi umat Israel, kabar mengenai suka cita (pesta perjamuan) itu merupakan kabar gembira. Bagaimana tidak? Harapan akan keselamatan dan pembebasan dari ancaman mara bahaya adalah dambaan mereka saat itu. Allah akan mengembalikan reputasi Sion sebagai tempat berkumpulnya bangsa-bangsa. Di Sionlah, semua bangsa akan bersorak-sorai dan bersukacita untuk merayakan keselamatan dari Allah. Suka Cita dalam rancangan keselamatan Allah bagi manusia dimanifestasikan dalam Kebangkitan Yesus yang telah mengalahkan kuasa kematian. Kematian tidak lagi menghantui kita dan tidak lagi menjadi momok yang menakutkan. Kematian menjadi sarana orang percaya untuk memasuki kehidupan yang kekal yakni surga. Kehidupan manusia tidak lagi berakhir di liang kubur tetapi akan berakhir di surga.

  1. Penjelasan Nats

Perikop bacaan kita termasuk dalam bagian I (psl. 1 s.d psl. 39). Intisari dari kitab Yesaya bagian I ini adalah kabar buruk tentang akan datangnya penghukuman karena bangsa Israel telah berlaku tidak setia terhadap segala hukum dan ketetapan-ketetapan Allah karena menyembah dan mempersembahkan korban kepada ilah lain. Penghukuman itu akan datang sebab mereka telah mendukakan hati Tuhan. Dan cara Tuhan menghukum Israel yakni menggerakkan hati bangsa-bangsa lain untuk menghancurkan Israel, baik yang ada di Utara maupun yang ada di Selatan. Sekali pun demikian, Allah akan tetap berbaik hati dan mengurungkan niatNya jika bangsa itu berbalik kepada Allah dan bertobat.

Manusia yang berdosa setitikpun tidak akan bisa bersama dengan Allah yang kudus namun demikian sebaliknya; jika manusia itu memiliki iman sedikit pun maka Allah akan memberikan jalan pengampunan kepadanya. Sebagaimana Yesus berkata “Jika engkau memiliki iman sebesar biji sesawi maka kamu akan dapat memindahkan gunung”. Dari hal ini kita dapat melihat sebagaimana besar kasih Allah kepada manusia. Namun yang menjadi dasar dari karya keselamatan Allah adalah bahwa semuanya itu merupakan inisiatif Allah sendiri.

Yesaya berbicara tentang karya keselamatan Allah bagi seluruh bangsa di dunia. Yesaya menggambarkan keselamatan laksana sebuah jamuan makan yang melimpah dengan anggur tua yang disaring endapannya. Hal itu merupakan berkat melimpah yang disediakan Allah. Sukacita dalam perjamuan itu akan semakin sempurna karena Allah akan melenyapkan segala dukacita (6-7). Tentu saja, pesta besar, makanan, dan minuman mewah akan terasa hampa jika kita sedang berkabung. Hanya Allah yang mampu melenyapkan dukacita. Dia akan menghapus air mata manusia, dan mentahirkan mereka dari noda dan aib yang selama ini melekat. Air mata akan diubah-Nya menjadi sukacita. Allah akan melindungi umat-Nya, mengalahkan musuh mereka, dan membuat musuh mereka tidak berdaya lagi. Segala yang diandalkan sebagai kekuatan oleh bangsa yang menyombongkan diri akan dihancurkan hingga tidak ada lagi yang dapat mereka andalkan (8-12). Allah adalah sumber sukacita sejati kita. Dosa yang membelenggu dan mengimpit kehidupan kita hingga mendatangkan dukacita, hanya dapat diangkat oleh Allah. Di dalam Allah, kita akan menerima anugerah, yaitu persekutuan damai sejahtera dengan-Nya. Pada waktunya nanti, kita akan duduk sehidangan menikmati sukacita bersama Allah. Semua itu hanya terjadi ketika kita menerima pengampunan-Nya yang menghapuskan segala noda, cela, dan dosa.

  1. Renungan

Saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus dari teks khotbah ini, kita diajarkan untuk mengerti bahwa manusia yang telah jatuh ke dalam dosa telah kehilangan kemuliaan Allah. Maka pada dasarnya Allah sendirilah yang bisa memberikan kembali kemuliaan itu sebab itu berasal dari padaNya. Maka paskah ini juga menjadi sebuah pengingat bagi kita bahwa ALLAH melalui kematian dan kebangkitan AnakNya Yesus Kristus memberikan kemuliaannya dalam penebusan akan dosa kita. Sehingga sangan dibutuhkan respon kita sebagai umatNya. Yaitu bersukacita, sebab keselamatan itu telah dinyatakan oleh Allah dalam Anaknya. Suka cita yang dimaksud bukan sekedar dalam bentuk diam namun aktif artinya bukan tertawa atau gembira. Namun bersukacita yang dimaksud iyalah, yang bersifat aktif, baik dalam perilaku hidup yang menunjukkan dan menceritakan kemuliaan Allah. Kita yang telah mati oleh dosa telah diberikan hidup oleh Yesus Kristus dalam kematiaannya. Maka selayaknya kita mempergunakan hidup itu sebagai sebuah kesempatan dan wadah untuk menunjukkan bahwa kita adalah yang telah ditentukan Allah untuk kerajaan kekalNya, dengan cara penyerahan diri dalam kerendahan diri. AMIN

Pdt. Pardomuan Naibaho, S.Th

Res. Duri III

Categories: Bahan Khotbah

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *