Memahami tugas dan tanggung jawab gereja bagi bangsa dan negara merupakan perkara yang menantang bagi orang Kristen di segala zaman dan sekaligus menjadi hal yang tidak mudah ditangkap dan dirumuskan karena melibatkan pemikiran para tokoh gereja yang senantiasa berkembang.  Meskipun demikian wacana ini perlu senantiasa dihadirkan bagi umat Tuhan terkhusus bagi warga jemaat GKPI.  Hal ini pula yang mendorong Pendeta GKPI Resort Medan Barat, Pdt. Dr. Jhon P.E. Simorangkir, untuk menginisiasi acara Bincang-Bincang Dengan Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, M.Th, pada Hari Sabtu, 1 Juli 2023 di Lantai 3 Gedung Multifungsi GKPI Medan Kota, Jln. Sriwijaya No. 9 Medan.

Acara yang diadakan juga secara live streaming ini, dihadiri secara langsung oleh 102 orang peserta yang meliputi warga jemaat, penatua, penasihat, anggota Majelis Sinode dari GKPI Medan Kota, GKPI Telaga Sari, GKPI Marturia Muliorejo dan para undangan: Sekjen GKPI Pdt. Humala Lumban Tobing, M.Th, Korwil GKPI Wilayah I Pdt. Waldemar S. Simanjuntak, M.Th, Korwil GKPI Wilayah II Pdt. Pardi M. Silalahi, M.Th, dan Ketua Lembaga Institut Andar Sutan GKPI Dr. Drs. Victor Lumbanraja, MAP. MSP (sebagai moderator).

Pembukaan

Acara Bincang-Bincang dimulai dengan Ibadah Pembukaan yang dipimpin oleh Korwil GKPI Wilayah II Pdt. P. Silalahi, M.Th, yang dilanjutkan dengan Kata Sambutan dari PHJ GKPI Medan Kota yang diwakili oleh Pdt. Dr. Jhon P.E. Simorangkir dan kata sambutan dari Sekjen GKPI Pdt. Humala Lumban Tobing, M.Th.  Dalam kotbahnya pada Ibadah Pembukaan, Pdt. P. Silalahi, M.Th mengangkat Firman Tuhan dari Matius 14:19 yang menceritakan bagaimana Tuhan Yesus memakai lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu orang, yang bermakna pentingnya kita untuk melipatgandakan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita orang percaya dalam rangka menjawab tantangan gereja masa kini.

Bincang-Bincang

Dalam pemaparannya, Pdt. Gomar Gultom, M.Th, mengangkat Firman Tuhan dari Yeremia 29:7 yang menyatakan “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Teks ini adalah amanat Tuhan kepada bangsa Israel di pembuangan Babilonia. Pada mulanya mata, hati dan pikiran mereka selalu tertuju kepada Yerusalem. Mazmur 137: 1 memberi kita informasi tentang sikap bangsa Tuhan itu: mereka, pagi-siang-sore-malam, duduk-duduk di tepi sungai Babel menatap ke arah Yerusalem, menangis merindukan Yerusalem. Maka Tuhan melalui Nabi Yeremia menggugah dan mengajak mereka untuk tidak pasif, apatis, hanya meratap dan merindukan kepulangan ke Yerusalem. Melainkan supaya mereka menghadapi realitas dan kenyataan. Supaya mereka aktif membangun dan mensejahterakan kehidupan di mana sekarang mereka berada.

Pesan kepada umat Israel di atas juga diserukan kepada kita, supaya Gereja aktif mengusahakan kesejahteraan umat maupun masyarakat, supaya gereja kita menjadi pusat kehidupan dan sumber kehidupan dan menghadirkan sorga di bumi.  Itulah memang arah yang dimintakan Tuhan Yesus kepada kita: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga (Mat. 6:10). Menghadirkan sorga di bumi. Supaya kita menjadi garam dan terang dunia.

Gereja kita sendiri tentu punya dan sedang mengatasi problem-problemnya secara internal, tetapi kiranya kita juga terarah untuk melakukan refleksi dan perenungan yang bersengaja bahwa kita harus berjiwa melayani umat, Gereja dan dunia.  Berbuat secara konkrit, hal-hal yang membangun kehidupan yang baik dan benar.

Selanjutnya Pdt. Gomar Gultom, M.Th juga menjelaskan bahwa terdapat tujuh tingkatan tanggung jawab gereja di dunia politik (7 levels church’s political responsibility) yaitu: influencing the ethos, educating people, church lobbying, supporting particular candidates for office, becoming a political party, civil disobedience dan participating in revolution. Dalam konteks Indonesia, ketujuh tingkatan tanggung jawab gereja tersebut sudah dikerjakan namun saat ini relatif lemah pada tanggung jawab keempat sampai keenam.  Untuk itu  Pdt. Gomar Gultom, M.Th mengajak segenap warga jemaat GKPI untuk tidak henti-hentinya mengerjakan tanggung jawab tersebut sehingga gereja dapat menggarami kehidupan berbangsa dan negara.

Pemaparan Pdt. Gomar Gultom, M.Th selanjutnya mendapat tanggapan dari para peserta antara lain Pdt. Waldemar S. Simanjuntak, Korwil GKPI Wilayah I, yang menanyakan bagaimana harusnya sikap gereja terhadap LGBT dan terhadap hukuman mati? Pdt. Zulkarnain Siagian, Pendeta GKPI Estomihi, menanyakan dimana dan apa peran gereja dalam berbagai peristiwa kekerasan di negara ini?  Bpk. Marihot Manulang menanyakan bagaimana gereja dapat menemukan keseimbangan dan menjaga integritas, apakah gereja perlu campur tangan dalam politik praktis sebagai contoh kasus TPL? Selanjutnya Ny. Ida Br. Hutajulu menanyakan apa dan bagaimana pengajaran gereja terkait LGBT bila gereja memaafkan perbuatan LGBT?

Penutup

Dalam acara penutup, ucapan terima kasih disampaikan oleh PHJ GKPI Medan Kota diwakili oleh Guru Jemaat Dr. Jonner Lumban Gaol.  Selanjutnya dilakukan Pemberian Cendera Mata kepada Pdt. Gomar Gultom, M.Th, yang dilakukan oleh Sekjen GKPI Pdt. Humala Lumban Tobing dan Korwil GKPI Wilayah II Pdt. Pardi M. Silalahi, M.Th, disaksikan oleh seluruh peserta acara.  Dalam ibadah penutup, Pdt. Dr. Jhon P.E. Simorangkir mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PGI, moderator, Sekjen GKPI, Korwil 1, 2 dan para pendeta dan khususnya Tim Kerja Bincang Santai bersama Ketua Umum PGI yang telah mempersiapkan acara dengan sangat baik. Terima kasih juga diucapkan untuk donasi spontan (tanpa diminta) dari NN untuk acara ini.

[Reportase ringkas ini ditulis oleh Pnt. Jonathan L. Tobing, Penatua GKPI Meedan Kota, Jl. Sriwijaya no. 9 Medan]  

Categories: Berita

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *