GKPI hidup, melayani, dan bergumul di dunia seiring perubahan zaman. Perubahan zaman tentu membawa banyak perubahan di semua lingkup kehidupan, tidak terkecuali di dalam kehidupan gereja. Kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah zaman kita menjadi sedemikian cepat dan maju. Gereja patut mensyukuri itu. Namun di sisi yang lain perubahan itu juga membutuhkan keseimbangan dari tata-nilai yang kuat, di bidang kehidupan moral, dan keagamaan. Dalam hal inilah GKPI harus selalu memperbaharui dirinya (ber-reformasi). Selama ini persekutuan orang-orang kudus kita dapatkan dengan tatap muka. Pemberitaan Injil dilakukan dengan tatap muka. Pada saat ini GKPI terpanggil untuk memaknai Apostolat, Pastorat, dan Diakonat dalam pemahaman baru. Dengan demikian, penyampaian pengajaran, pembinaan, penghiburan, dan konseling juga harus diperbaharui. Transformasi sangat perlu dilakukan. Melaksanakan tugas-tugas GKPI seperti biasanya harus ditinggalkan. GKPI juga harus belajar melalui perusahaan-perusahaan  kecil ataupun besar yang gulung tikar karena tidak mampu melakukan transformasi. Transformasi bertujuan untuk mewujudkan kemajuan pelayanan GKPI dan mampu mengatasi setiap permasalahan yang terjadi. Karena itu, GKPI dalam Tahun Pemberdayaan ini, melalui para pelayannya harus bertransformasi untuk dapat melaksanakan visinya. Di penghujung tahun 2021 ini Kepala Departemen Pastorat menyelenggaran Pelatihan kepada para pendeta GKPI yang bertujuan 1. Spiritualitas: Penghayatan terhadap tugas panggilan sebagai pelayan (Public Ministry Officer), dengan memiliki hubungan setiap saat dengan Allah Bapa, Anak-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus, serta irama kehidupan dilakukan sesuai penugasan Kristus. 2. Pengembangan wawasan/cakrawala berpikir: Memahami setiap perkembangan dan tantangan zaman serta realitas sosial yang terjadi pada masa kini, dengan melakukan kunjungan pastoral yang dapat membangun komunikasi dengan berbagai tokok-tokoh politik dan masyarakat, serta agama. Dapat membangun jaringan kerja (networking) di dalam dan ke luar negeri, serta mampu memahami isu-isu lingkungan hidup, SARA, Gender, Perdagangan orang (Human trafficking) dan perkembangan teknologi serta juga mampu melakukan adaptasi baru dalam dampak pandemi Covid 19, seperti dalam peribadahan, sosial, budaya pariwisata, dan sebagainya. 3. Keterampilan: Kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap orang harus dilatih, diasah serta dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk menjadikan diri lebih memiliki potensial, dan bahkan mampu menjadi ahli ataupun profesional. Secara khusus di era digital ini perlu memiliki ketrampilan kreativitas (creatifity), kolaborasi (collaboration), berpikir kritis (critical thinking), dan komunikasi (communication).

Pdt. Dr. Andar Pasaribu menyampaikan materi pelatihan langsung dari Uppertal German melalui app. Zoom meet.

Pelatihan Kepemimpinan Transformatif Pendeta GKPI dilaksanakan pada 16-19 November 2021 di Hotel Toledo, Tuktuk Samosir. Adapun peserta yang menghadiri pelatihan ini sebanyak 26 orang pendeta GKPI. Para pembicara pada pelatihan ini merupakan para pakar yang ahli dibidangnya yaitu Dr. Sigit Triyono dengan materi yang dibawakan mengenai “Kepemimpinan Berdasarkan Visi, Strategi dan Nilai-nilai, Pdt. Dr. Binsar Pakpahan Dosen Sekolah Tinggi Filsafat  Theologia Jakarta dengan tema Teologia di Ruang Publik, Pdt. Dr. Andar Pasaribu dari UEM Upertal Jerman membawakan topik Kepemimpinan Ekumenis: Tugas Utama Gereja yang Kerap Terlupakan, Pdt. Parsaoran Sinaga membawakn topik Pemimpin yang berdiakonia Trasnformatif, Pdt. Humala Lumbantobing, M.Th dengan topik Kepemimpinan dengan Manajemen Keuangan dan Pdt. Teddi Sihombing dengan topik Pemimpin yang Bersahabat.

Pelatihan Kepemimpinan dibuka oleh Bishop GKPI Pdt. Abdul Hutauruk, M.Th melalui zoom meet yang menyambut dnegan gembira dan berharap agar para peserta dengan sungguh-sungguh mengikuti setiap sesi pembinaan dengan baik. Kegiatan pembinaan pendeta ini merupakan sebuah program yang diinisiasi oleh Kepala Departemen Pastorat yang bekerjasama dengan UEM. Para pembicara yang menyampaikan materi selama pembinaan ini merupakan pembicara yang telah memiliki pengalaman dan keahlian dibidangnya. Pembinaan dilaksanakan secara tatap muka dan daring. Para peserta yang mengukuti pelatihan seluruhny berada di Samosir dan ada tiga pembicara yang melakukan zoom meet yaitu  ada yang di Jakarta, di Belanda dan Di Jerman. Untuk itu harapan Pimpinan Sinode agar peserta memanfaatkan pelatiha ini untuk menambah pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Semoga pelatihan ini dapat dikembangkan dan dilanjutkan agar para pendeta yang belum mengikuti pelatihan ini dapat mengikuti dilain kesempatan.

Pada sesi pertama Bapak Dr. Sigit Triyono pemaparan materinya mengenai Manajemen Strategis Model “ST Roket” Berbasis Empiris Organisasi, Visi dan Misi Realitas Masa Depan dan Perjalanan Mewujudkannya, Strategi Analisis Eksternal dan Internal Untuk Langkah Kunci dan Utama, Nilai-nilai Kepemimpinan Pengarah, Pemotivasi, Pemecah Masalah dan Pengambil Keputusan. Sementara Pdt. Dr. Binsar Pakpahan yang menyampaikan materi dari negara Belanda yang pada waktu menyajikan materinya pukul 04.30 waktu Belanda memaparkan bahwa Teologipublik adalahcara seseorang mengekspresikan iman di tengah komunitasnya. Ketika seseorang berbicara di ruang publik, dia melandaskan pendapatnya kepada pemahaman teologisnya mengenai isu tersebut. Tujuan dari teologi publik adalah untuk mencapai “commongood” terutama dalam bidang keadilan dan kesejahteraan. Gereja hadir sebagai tubuh Kristus. Sebagai tubuh Kristus, gereja berpartisipasi dalam misteri ilahi. Misteri ilahi inilah yang membuat gereja mengerjakan pekerjaan Bapa—sebagai pendamai, pemulih, dan yang mentransformasi seluruh ciptaan. Maka, aspek penginjilan dari gereja adalah untuk menyatakan keadilan dan kedamaian bagi seluruh ciptaan (WCC 2013, 34). Dengan mengutip Pernyataan Dewan Gereja Dunia (WCC) Dari hal itu, orang Kristen tidak hanya memandang penting tindakan moral mereka secara individual, tetapi juga menjunjung tinggi keadilan sosial, kedamaian, dan sebagai pelindung lingkungannya. Pasalnya, pesan Injil disampaikan tidak hanya melalui sikap pribadi, tetapi juga secara komunal. Maka, kata koinoniabukan sekadar pengakuan terhadap satu iman dan merayakan ibadah, tetapi juga menyatakan Injil (keadilan dan kedamaian) (WCC 2013, 35).

Pada sesi berikutnya Pdt. Andar Pasaribu menyajikan Kepemimpinan oikumenis masih dipandang sebagai pelayanan sekunder gereja atau dipersempit dengan duduk dalam kepengurusan lembaga-lembaga oikumenis baik lokal, nasional maupun internasional atau perayaan seremonial secara oikumenis. Kepemimpinan adalah sebuah karakter yang tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau golongan sebagai tujuan, namun kepentingan yang dipimpinnyalah yang harus diletakkan sebagai motivasi yang utama dan pertama dalam setiap aras pemikiran dan tindakan kepemimpinannya. Oikumene (Oikos-Rumah & Monos-Satu) merupakan sebuah pengertian politik, yakni menunjuk kepada kesatuan dari bangsa-bangsa yang mendiami jagad raya ini. Ketika kata Oikoumene diambil alih oleh gereja, terjadilah penyempitan arti, yakni hanya menunjuk kepada kesatuan dunia kekristenan. Oikumene dipakai hanya untuk membuat pembedaan dalam hal iman: yakni orang yang tidak beriman dan orang-orang yang sudah hidup dalam gereja, atau yang beriman. Selama Ketiga sesi ini seluruh peserta begitu semangat dan antusias mengiktui setiap penyajian para pembicara dan turut aktiv dalam menyampaikan tanggapan kritis dan konstruktif. Terjadi dialog yang antara para pembicara dan peserta yang semakin memperdalam materi yang disampaikan. Puji Tuhan selama sesi yang dilaksanakan oleh dengan zoom meet seluruh perangkat serta sinyal internet berjalan dan bekerja dengan baik yang di operatori oleh Ka. Biro Adm, Infokom Pdt. Robinsar Siregar, M.Th.

Para peserta Pelatihan sangat serius mengikuti penyajian dari narasumber

Selama mengikuti pelatihan ini seluruh peserta begitu bersemangat yang tampak dari kehadiran selama mengikuti sesi demi sesi. Setiap sesi antusias peserta untuk bertanya dan menanggapi materi yang disajikan oleh para narasumber menggambarkan bagaimana para pendeta GKPI yang mengikuti pelatihan ini sungguh-seungguh mendapt energi yang positif. Dihari terakhir pada malam keakraban para peserta menyampaikan kesan dan pesannya kepada Kelapa Departemen Pastorat Pdt Teddy P. Sihombing, MM.M.Th agar kegiitan pelatihan ini berkelanjutan. Para pendeta GKPI sangat penting untuk terus mendapat penyegaran dan pelatiha untuk meningkatkan kapasitas dalam pelayanan di lapangan. Perkembangan zaman yang ditandai dengan berbagai isu yang terjadi ditengah-tengah dunia global terutama selama pandemic covid 19. Pelayan GKPI juga sangat perlu untuk di uprage agar dalam pelayanannya warga jemaat dengan berbagai persolan dan pergumulannya dapat dilayani dengan baik dan tepat. Kadep. Pastorat Pdt. Teddi Sihombing menyatakan bahwa akan mengupayakan agar program pembinaan kepada para pendeta dalam periode in akan diupayakan dan diperjuangkan.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *