Oleh : Pnt.J.Marbun,S.H, MH (Anggota Majelis Sinode GKPI)

Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) telah berjalan selama 60 tahun.  Pemisahan GKPI dari HKBP lebih bersifat praktis dan bukan pada hal-hal yang bersifat dogmatis. Sekretaris Jendral GKPI yang pertama, Pdt. S.M. Hutagalung pernah menyatakan bahwa cita-cita semula mengapa GKPI pisah dari HKBP adalah diletakkan pada, “kerinduan pembaharuan gerak hidup gereja baik organisasi, pelayanan dan kesaksian berdasarkan  pengalaman pelayanan kasih Yesus Kristus.

Pada tahun-tahun pertama kehadirannya, para pelayan GKPI berusaha memperlihatkan melalui kinerja bahwa mereka adalah pelayan-pelayan dan gembala-gembala yang meneladani pelayanan dan kegembalaan Tuhan Yesus. Para Pendeta, Guru Jemaat dan Penatua tanpa mempersoalkan berapa gaji atau imbalan finansial yang mereka terima, mereka berusaha melayani dan memperhatikan kehidupan warga yang dipercayakan, seperti mengunjungi anggota jemaat dan mendampingi dalam berbagai pergumulan dan permasalahan. Kunjungan Pendeta sebagai gembala di gereja  merupakan hospitalitas (keramahtamahan) yang dirasakan warga jemaat pada saat itu, sehingga mereka merasakan gambaran suasana keluarga Allah. Para pelayan GKPI juga tidak hanya melayani warga jemaatnya, tetapi juga mengingat janji hutang yang harus dibayar yaitu hutang Pekabaran Injil. Apalagi dengan adanya dukungan beberapa mitra GKPI di luar negeri, sejumlah tenaga penginjil (Evangelis) disiapkan dan diutus ke daerah-daerah, baik untuk bekerja secara penuh waktu (full-time) maupun paroh waktu, dan di Kantor Pusat dibentuk seksi Pekabaran Injil yang dipimpin oleh seorang Pendeta yang bekerja secara penuh waktu.

GKPI adalah gereja yang tidak terbatas pada aspek kesukuan dan tempat, tentu sering mengalami perjumpaan dan relasi dengan orang asing.  Karena itu, dibutuhkan sikap hospitalitas yang mencerminkan keramahan Allah kepada seluruh ciptaan. Hospitalitas dapat menjadikan kehadiran gereja sebagai kehadiran yang ramah dan terbuka sebagai instrument misi Allah di dalam dunia.  Hospitalitas menggerakkan GKPI untuk berkarya menghadirkan suasana keluarga Allah di dalam dunia. GKPI dalam menghayati dan mewujudkan dirinya sebagai gereja Tuhan harus dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perkembangan jaman. Gereja harus menjadi gereja di jaman di mana ia tinggal dan hidup. Dengan demikian gereja harus selalu bertindak dinamis, bukannya menjadi statis.

Menurut Pohl, ketika gereja memberlakukan hospitalitas, pada saat itu pula gereja mencerminkan keramah tamahan Allah yang menyambut setiap orang sebagai tamu-Nya. Dalam pengertian ini, gereja dipahami melalui metafora “keluarga Allah” (God’s household) yang berimplikasi pada konsep hospitalitasnya. Di satu sisi, gereja harus menyadari bahwa dirinya sebagai tamu dalam keluarga Allah. Di sisi lain, gereja harus menyadari bahwa dirinya adalah pelayan keluarga Allah bagi mereka yang minoritas ataupun orang yang diasingkan.[1]

Praktek misi gereja saat ini yang kontekstual bukan lagi bertujuan untuk menambah jumlah gereja atau menambah anggota gereja agar semakin banyak, dengan usaha menyakinkan orang lain bahwa agama diluar Kristen tidak benar, bahkan dengan menyerobot/mencuri anggota jemaaat lainnya. Sebab saat ini banyak Gereja lebih bangga jika menara gerejanya tinggi dan bagus, jumlah anggota banyak dan memiliki banyak program kerja yang tentu membutuhkan dana yang banyak juga. Tetapi gereja lupa tujuan kehadirannya di dunia yaitu untuk melayani. Sebagai pelayan keluarga Allah maka gereja harus siap melayani dan menunjukkan gambaran suasana keluarga Allah yang ramah dan terbuka, meski terkadang dalam konteks tertentu harus membatasi diri bahkan mengalami penolakan.

GKPI Sion Senantiasa yang berdiri di kota Pekanbaru diusianya yang memasuki 23 tahun juga harus berbenah diri, tidak hanya dalam pembangunan fisik Gereja tetapi berbenah menjadi Gereja yang ramah dan ceria. Banyak program pelayanan yang setiap tahun diputuskan dalam Sidang Umum Jemaat (SUJ) dan dilakukan dengan pertolongan Tuhan Yesus Sang Kepala Gereja. Adapun Tujuan dari semua pelayanan adalah untuk membawa anggota jemaat ke dalam hubungan yang lebih akrab dengan Allah dan ditunjukkan melalui hubungan dengan sesamanya dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus. Kemajuan dan pertumbuhan dari pelayanan itu sangat ditentukan oleh sikap kita ketika melayani jemaatNya. Apa yang kita pikirkan sebaiknya sama dengan apa yang kita lakukan.

Oleh sebab itu, tugas utama kita sebagai pelayan (pendeta atau penatua) dalam melaksanakan panggilan untuk melayani, bukan untuk dilayani, sebaiknya dilakukan dengan senang hati bukan dengan paksaan. Hal ini juga terlihat ketika Yesus memanggil murid-muridNya bukan dengan paksaan tetapi misi yang dilakukan ialah menawarkan murid-muridNya untuk memberikan perhatiannya dalam tugas pemberitaan Injil Kerajaan Allah. Pokok Imamat Am orang percaya dalam aturan GKPI ini memberi tempat kepada warga jemaat untuk ikut serta dalam melaksanakan tugas pangilan gereja di dunia ini dalam konteks hospitalitas, agar GKPI dapat hadir bagi orang lain.

GKPI Sion Senantiasa Pekanbaru dalam menuju Gereja yang ramah dan ceria tentu membekali warga jemaatnya untuk lebih mencintai Firman Tuhan, maka salah satu program yang dilakukan adalah melakukan Seminar Alkitab yang mengambil Thema, “Alkitab Untuk Semua” dengan mendatangkan pakarnya dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Pdt. Anwar Tjen, P.hd dari Jakarta, kegiatan di lakukan pada hari Sabtu 4 Mei 2024 yang diikuti mulai dari anak pelajar sidi, PP GKPI, warga jemaat dan Majelis jemaat se-resort GKPI Labuh Baru Barat.  Puji Tuhan! Acara ini berjalan dengan baik dengan harapan semua peserta seminar dapat lebih mencintai Firman Tuhan serta melakukannya.

Seminar Alkitab Untuk Kita Semua oleh Pdt Anwar Tjen, Ph.D

Ditengah-tengah berlangsungnya  pembangunan gedung Sekolah Minggu 3 kelas, rumah koster  dan renovasi konsistori serta toilet gereja,  GKPI Sion Senantiasa masih bisa berbagi kasih dan menjalin persahabatan agar warga jemaat semakin dibentuk menjadi orang yang memiliki hospitalitas (orang yang ramah dan ceria), maka pada hari Jumat, 28 Juni – Senin, 2 Juli PP/Remaja GKPI Sion Senantiasa melakukan kunjungan ke PA. Mamre Pematang Siantar dengan ibadah pagi bersama dilanjutkan sarapan bersama, rombongan GKPI Sion Senantiasa disambut Direktur PA. Mamre, bapak Pdt. Raden Samosir, S.Th

Bersama Bishop GKPI berfoto di depan kantor Sinode

Lalu dilanjutkan kembali berjumpa dengan bapak Bishop GKPI, Pdt. A. Hutauruk,M.Th yang ternyata telah menyambut rombongan di kantor sinode dengan penuh senyum keramahan. Dengan diberangkatkan doa oleh bapak Bishop, rombongan PP/Remaja GKPI dan pendamping yang dipimpin oleh Pdt. JRM.Lumbanbatu, MTh, Pnt. J. Marbun, SH, MH, Pnt. W. Simanjuntak dan bapak I. Pakpahan, berangkat menuju Kabanjahe dan mengikuti ibadah Minggu di GKPI

Bersama Anak-anak Panti Asuhan Mamre dan Direktur Mamre, Pdt.Raden Samosir, S.Th

Kabanjahe yang berada di Jln. Pahlawaan. Keakraban pun terjalin sesama PP/R GKPI dan banyak hal yang postif yang dapat dicontoh oleh PP/R GKPI Sion Senantiasa Pekanbaru. Usai ibadah perjalanan dilanjutkan menuju Tomok melalui Tele, tentu perjalanan ini sangat mengasyikkan bagi anak-anak PP/Remaja yang semuanya adalah kelahiran Riau dapat menikmati pemandangan danau Toba dari bukit Sibeabea, Simanindo, Pangururan dan Tomok, Minggu malam pun beristirahat di Sopo Agape GKPI Tomok, sebab esok harinya akan melanjutkan perjalanan mengitari danau Toba (Tomok-Parapat) dengan memakai kapal yang sudah disewa untuk menikmati keindahan air terjun Situmurun dan batu gantung.

Memperingati atau mengingat perjalanan 60 tahun GKPI, pertama-tama adalah mengingat dan mengucap syukur atas Firman dan perbuatan-perbuatan Tuhan yang Ia anugerahkan kepada gereja-Nya.



0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *