The Role of Religions to Overcome

Climate Changes and Religious Radicalism.

Padang Sidempuan, 07-15 Agustus 2022

Pdt. Mulyadi Simatupang, S.Th

Pada hari Minggu – Senin, bertempat di Kantor Sinode Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) tanggal 07 – 15 Agustus 2022 UEM mengadakan kegiatan Lokakarya Antar Iman antara penganut Yahudi, Kristen dan Islam (JCM Interfaith Workshop) dengan mengusung Thema “Peran Agama dalam Mengatasi Perubahan Iklim dan Radikalisme Agama” (The Role of Religions to Overcome Climate Changes and Religious Radicalism). Penulis bersyukur dapat diutus oleh Pimpinan Sinode untuk mewakili GKPI menghadiri Lokakarya yg berharga ini, yang didalamnya penulis dapat berkenalan dan menjalin kebersamaan yang hangat dengan orang-orang baru yang datang dari penjuru tanah air bahkan dari luar negeri (dari Jerman dan Tanzania).

Thema di atas berangkat dari kesadaran (awareness) akan signifikansi kemunculannya dalam kurun waktu sekitar 10 hingga 20 tahun belakangan. Perihal perubahan iklim maupun radikalisasi agama, keduanya menjadi issue yang pada awalnya – dapat dikatakan – dianggap remeh dan receh namun semakin lama semakin menguat. Beragam faktor penyebab seperti penebangan hutan, pembakaran lahan gambut, polusi dsb memicu munculnya bencana seperti banjir dan sebagainya, dan bencana tersebut juga terjadi bukan hanya di daerah penyebab, melainkan juga sampai ke daerah lain bahkan negara lain. Demikian juga dengan radikalisasi agama yang semakin erat dan berpintal dengan berbagai pergerakan bernuansa politik, dimana sebagian pihak membangun dalil dari ajaran agama dan dijadikan legitimasi untuk bertindak dengan tidak berperikemanusiaan (baca: anarki), dan – celakanya – dimanfaatkan oleh segelintir elit politik. Dan hal itu bukan hanya terjadi di tanah air, melainkan juga di berbagai negara sebagaimana yang kita ketahui bersama. Dengan demikian maka mau tidak mau, isu lingkungan dan radikalisme agama memang tidak bisa disangkal keberadaannya. Tidak juga bisa disikapi sendirian, melainkan harus ditangani bersama2. Berangkat dari awareness akan kedua hal di atas, pertanyaannya ialah: sebagai bagian dari umat manusia di dunia ini yang bagaimana sikap kita sebagai umat beragama?

Menjawab pertanyaan tersebut, maka Lokakarya ini dimulai dengan membangun dialog yang baik, sehat dan bersahabat antara ketiga komunitas, yakni penganut Yahudi, Kristen dan Islam. Membangun dialog ini dimulai pertama sekali dengan pendekatan heart to heart, mengeluarkan unek-unek dengan terbuka, agar umat/ utusan dari agama lain dapat mendengar dengan utuh, memahami kegelisahan terhadap agamanya, dan kemudian menjawab atau klarifikasi tentang persepsi yang datang kepadanya atau agamanya. Pendekatan semacam ini bertujuan mendekatkan pribadi sampai pada titik kesadaran dimana kita tidak dapat lebih jauh saling menyeberangi jurang pemahaman atau keyakinan satu sama lain dan bahwa tidak ada jembatan teologis untuk mempertemukan, sehingga pada tepi jurang pemahaman dan keyakinan yang berseberangan itu kita masih bisa saling menyapa serta saling membungkuk tanda menghormati keberseberangan itu.

Ketika titik itu dicapai, maka – meminjam istilah dari teolog Katolik Roma bernama Paul F.Knitter – kita dapat membangun 3 jembatan yang mempertemukan kita yaitu: 1) Jembatan mistis, dimana kita dapat sharing tentang pengalaman iman secara pribadi dengan Tuhan yang kita percaya menurut iman kita; tentang bagaimana Ia hadir dan terlibat dalam perjalan hidup kita secara pribadi dengan caraNya yang unik. 2) Jembatan historis, dimana kita bisa saling jujur bahwa sejarah mencatat adanya hubungan coexist yang harmonis dan saling menopang antara ketiga agama ini. 3) Jembatan etis-praktis, dimana kita dapat menggali ajaran agama masing-masing tentang apa yang harus dilakukan dalam hidup, serta bersama-sama menerapkannya dalam rangka membangun bangsa dan dunia. Khususnya pada jembatan ke-3 tersebut kita dapat bergandeng tangan merawat bumi ini serta menyuarakannya kepada semua orang, agar – mengutip syair dari penyanyi alm. Michael Jackson – “make it better place for you and me.”

Dalam Lokakarya ini para peserta juga berkesempatan bertemu dan berbincang dengan salah satu Eks Narapidana Teroris (populer dengan istilah Eks Napiter, nama ybs di-anonym kan), yg bercerita bahwa beliau dulunya pernah mendoktrin dan melatih – salah satunya – pelaku pemboman di GKPI Padang Bulan/ Kompleks Pamen di Medan tahun 1998. Beliau juga cerita tentang kesadarannya bahwa doktrin yang selama ini dipegangnya ternyata salah, tentang pertobatannya, tentang membangun hidupnya yg baru, termasuk mendirikan Psantren sebagai tempat bernaung bagi anak-anak Napiter yg telah teralineasi atau dikucilkan oleh masyarakat.

Agenda Lokakarya juga mencakup beberapa kegiatan outdoor seperti: 1) Kunjungan ke Mesjid Agung Syahrun Nur di Sipirok. 2) Kunjungan ke Galery Usaha Mikro Kecil dan Menengah/UMKM Sipirok (kopi dan tenun). 3) Kunjungan ke Kantor Walikota Padang Sidempuan, Bpk. Irsan Efendy Nasution, SH. 4) Kunjungan ke desa Silangge dalam rangka napak tilas sejarah kehadiran kekristenan di Tapanuli Selatan, dilanjutkan dengan kunjungan ke Panti Asuhan. 5) Pertemuan/ jamuan oleh salah satu Pangeran Adat di Tapanuli Selatan, yg didalamnya ada sekilas pengenalan terhadap dunia adat suku Angkola. 6) Penanaman Pohon

Dipimpin oleh Bapak Pdt. Ramos BB.Simanjuntak STh selaku Ephorus beserta Bapak Pdt. Reinhard Siregar M.Min selaku Sekjend, GKPA menyambut para peserta dan memfasilitasi rangkaian kegiatan ini dengan luarbiasa.

Tentunya Interfaith Workshop ini tidak akan dan hendaknya tidak boleh berhenti sampai disini. UEM perlu menindaklanjuti langkah yg baik ini dengan berkoordinasi dengan Pemerintah dan juga gereja2 agar pesan perdamaian dan pemulihan lingkungan dapat disuarakan dan dipraktekkan dengan lebih luas dan nyata.

Penulis sekali lagi bersyukur diijinkan ikut andil dalam misi ini, dan semakin semangat dalam menerapkannya dari konteks terdekat. Penulis percaya, ketika kita bergandeng tangan, bersama2 kita bisa mengubah dunia.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *